GAPURANA SENI HIBURAN

Historis Garut Dalam Perfilman Nasional : Desa Cinunuk Memagut Kebaruan Peristiwa

Kenangan jelang preview film “”Kabayan Jadi Milyuner” di “Plannet Hollywood’ Jakarta. Dari kiri Hj Nina Herlina. Hj Nurochimah, Hj Lilies Hermanto, Claudia Chintya Bella dan Rani Permata Diky Chandra, yang turut berperan sebagai  sinden dalam film “Kabayan Jadi Milyuner” di Limbangan, Garut ***  (Dokumentasi: YODAZ)
Kenangan jelang preview film “”Kabayan Jadi Milyuner” di “Plannet Hollywood’ Jakarta. Dari kiri Hj Nina Herlina. Hj Nurochimah, Hj Lilies Hermanto, Claudia Chintya Bella dan Rani Permata Diky Chandra, yang turut berperan sebagai sinden dalam film “Kabayan Jadi Milyuner” di Limbangan, Garut ***
(Dokumentasi: YODAZ)

Historis Garut Dalam Perfilman Nasional (Bagian 2):

Oleh: Yoyo Dasriyo

BUKAN tanpa alasan, jika kalangan insan perfilman nasional, menganggap di Garut terhampar “tanah keramat”.. Memang tak pernah lagi diingat orang, kalau titian karier bintang “panas” (alm) Suzanna pernah melintasi proses syuting di bumi Garut dengan film “Segenggam Tanah Perbatasan” (1965). Dalam film itu pula akris geulis Widyawati menapaki perjalanan riwayat jelang sukses panjang kariernya hingga kini. “Saya sering bilang sama generasi bintang muda, jangan main-main kalau syuting di Garut! Mesti konsen sama profesi deh! Janga ada niatan jelek!” cerita Yatie Surachman, aktris senior berdarah Garut.

Kesungguhan berperan dalam film yang dibuat di Garut, menuai sukses (alm) Paula Roumokoy bergelar Aktris Harapan IV dari film “Dikejar Dosa”. Dari sederet film terdahulunya, seperti “Dan Bunga-Bunga Berguguran’.”Si Bongkok, “Lisa”, maupun “Merintis Jalan Ke Surga”, penampilan Paula belum pernah masuk dalam perhitungan di forum festival. Di balik sukses Paula Roumokoy, “Dikejar Dosa” pun jadi film historis yang membanggakan (alm) Hendra Cipta.

“Baru dalam film itu, aku merasa benar-benar bermain film! Sepanjang main film, belum pernah aku temukan lagi tantangan peran sepeti dalam ‘Dikejar Dosa” begitu pernah diungkapkan (alm) Hendra Cipta suatu siang di Jakarta., Reputasi aktor yang tampil pertama sebagai pengganti (alm) Ratno Timoer dalam adegan berkuda di film “Pangeran Diponegoro” (1971), secepat itu berkilat serampung film yang berlokasi syuting di Garut.

Bukan hanya Hendra Cipta, film “Dikejar Dosa” pula yang meniup kemasyhuran drg Fadly, selepas pertama dibintangkan (alm) Wim Umboh di film “Tokoh”, yang menghangat jelang FFI 1974 Surabaya. Kebetulan atau tidak, namun kenyataannya film drama suspence itu memenangi pasar film, yang berpuncak dengan pernikahan Paula Roumokoy dan Wim Umboh. Banyak orang menilai, semua itu terdukung dengan kawasan syuting filmnya di Desa Cinunuk, berdekatan dengan lokasi Makam Pangeran Papak yang banyak dkeramatkan orang.

Di Desa Cinunuk pula, (alm) A Harris menggarap film komedi “Bendi Keramat” (1988).“Alhamdulillah, baru atau bulan masa putar film itu di bioskop, produser filmnya mampu beli kapal laut…”. ungkap sang sutradara berbung-bunga. Tenttu saja, pengakun A Harris terpisah dari perwajahan karya filmnya yang belum terjaring ke dalam film pujian. Sejak akhir 1974 hingga putaran 1975, tiga sutradara kampiun memburu Garut.

Bermula dari (alm) Drs Syumandjaya menggarap film “Atheis” (“Kafir”),, (alm) Hasmanan dengan film “Selalu Dihatiku”, dan (alm) Ami Priyono mengemas film “Kenangan Desember” di Situ Cangkuang, Leles. Di Garut pula, Pusat Film Negara (PFN) memusatkan syuting film dokumenter “Kembali” (1976) karya H Soetanto, dan “Kartinah Montirku Sayang” (1978) karya Rachmat. Tahun 1978 itu lahir film “Mat Peci Pembunuh Berdarah Dingin” karya (alm) Willy Wilyanto, yang menjual kemasyhuran Doris Callebaut sang “Inem Pelayan Sexy”.

Film berlatar alam Garut lainnya tercatat, “Lima Sahabat” (1980) karya CM Nas, “Primitif” (1981) karya (alm) Sisworo Gautama, yang membidani sukses Barry Prima sebagai bintang laga! Tahun 1982, film “Halimun” dibuat sutradara (alm) Sofia WD. Manakala industri perfilman kembali mati suri di era 1990-an, namun Garut menguat sebagai lokasi syuting sinetron. Bahkan medio 1989 legenda populer Situ Bagendit dibingkai ke dalam sinetron “Tragedi Bagendit” arahan Agoes Widjoyono.

Pada awal kebangkitan kedua perfilman nasional, film “Safana” (2010) mengejutkan dengan memotret alam pantai Rancabuaya, Garut Selatan. Film yang diibintangi Salma Paramitha, Ikranagara dan Kinaryosih itu, tercatat sebagai film kedua setelah “Dikejar Dosa”, yang syutingnya berpusat di Garut. Lahir kemudian film “Kabayan Jadi Milyuner” (Guntur Soehardjanto), yang sebagian berlokasi syuting di Limbangan, Garut.

Peristiwa langka dalam perfilman di Garut , tergelar tahun 2011, Saat itu 5 FTV (film televisi) dibuat hampir bersamaan. Kelima FTV itu bertajuk “Kerudung Cinta Raja Dogar”, “Obat Cinta”, “Love is Bland”, “Cinta Mentok di Body” dan “Stasiun Cinta”. FTV terakhir ini diperani Ayu Pratiwi, Reza Pahlevi dan Yatie Surachman. Garut seakan tak pernah surut diburu pembuat film. Tak terhitung lagi dengan sederet FTV lainnya. ***
(Selesai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *