GAPURANA

Kisah Tragis Wanita Yazidi yang Dipaksa Jadi “Penghibur” ISIS

Sungguh tragis nasib kaum minoritas Yazidi di Irak. Tidak hanya dibantai dan dipaksa meninggalkan rumah mereka oleh kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS), namun para wanitanya dipaksa menjadi pemuas birahi anggota grup pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi tersebut.
Setidaknya itu pengakuan seorang perempuan muda berusia 17 tahun yang berhasil diwawancarai oleh harian Italia, La Repubblica. Kemudian testimonial itu juga dipublikasikan di harian Telegraph, Minggu, 7 September 2014.
Gadis yang tidak ingin disebut namanya itu bercerita, dia merupakan satu dari kelompok yang berisi 40 wanita yang masih ditawan pasukan ISIS. Mereka ditangkap pada 3 Agustus lalu, ketika anggota ISIS menyerang kota Sinjar di bagian utara Irak.
Namun, kondisi mereka sangat menyedihkan. Sebab, selain diculik, mereka juga menerima kekerasan seksual setiap hari yang dilakukan anggota ISIS. Bahkan, 40 wanita tersebut sudah dianggap sebagai “penghibur”, apabila dibutuhkan.
Kisah ini, bukan sekedar isapan jempol belaka. Para jihadis ekstrimis asal Inggris yang tengah berperang di Suriah dan Irak kerap memamerkan di akun Twitter atau media sosial lainnya, mereka telah menculik wanita Yazidi dan menggunakannya sebagai budak.
“Saya memohon kepada Anda untuk mempublikasikan nama saya, karena saya begitu malu terhadap apa yang telah mereka lakukan. Ada sebagian dari diri saya yang hanya menginginkan kematian. Tetapi, sebagian lagi, masih berharap, bahwa saya akan diselamatkan dan dapat memeluk kedua orangtua,” ungkap gadis remaja itu.
Menurut kesaksian gadis lain yang menggunakan nama samaran Mayat mengatakan, anggota ISIS tetap memperlakukan mereka tidak manusiawi, kendati para wanita itu memiliki anak-anak. Para wanita itu, ujar Mayat, diperkosa di lantai atas sebuah gedung, di tiga kamar berbeda.
Wanita dewasa dan gadis remaja disiksa tiga kali sehari oleh kelompok pria yang berbeda.
“Mereka memperlakukan kami seolah-olah kami ini budaknya. Para pria memukuli kami dan mengancam ketika kami melawan. Sering, saya berharap mereka memukuli saya begitu keras hingga saya mati,” tutur Mayat.
Sebagian pelaku, imbuh Mayat, merupakan para pejuang muda dari Suriah. Sementara yang lainnya pria tua. Saking putus asanya, kata Mayat, mereka kerap meminta kepada para penculik untuk langsung menembak mati para gadis itu.
“Namun, mereka mengatakan bahwa kami terlalu berharga. Mereka terus mengatakan kepada kami, bahwa kami orang kafir karena kami bukan Muslim. Kami juga dianggap properti mereka. Bahkan, dianggap seperti kambing yang dibeli di sebuah pasar,” papar Mayat.
Dia juga mendengar tidak hanya wanita Yazidi yang diperlakukan demikian. Namun, juga perempuan Arab Kristen. Sementara, di kelompok dia, terdiri hanya para perempuan dari etnis Yazidi yang berasal dari kota Sinjar.
Kota itu terletak di kaki Gunung Sinjar, di mana ribuan warga dipaksa kabur pada bulan lalu setelah dikuasai ISIS. Sebagian dari mereka berhasil melarikan diri dan mengungsi. Sedangkan, sebagian lagi ditangkap oleh kelompok ISIS.
“Harapan saya satu-satunya milisi Kurdi akan segera datang dan menyelamatkan kami. Saya tahu, bahwa tentara Amerika tengah mengebom [posisi ISIS]. Saya ingin mereka secepatnya menghabisi kelompok itu, karena saya sudah tidak tahan lagi. Mereka telah membunuh tubuh saya dan kini, mereka mematikan pikiran saya,” ujar Mayat berharap.
Kisah ini diperoleh La Repubblica secara eksklusif dengan menghubungi para wanita melalui ponsel mereka. Media itu bisa mendapat nomor kontaknya dengan bertanya kepada orangtua para wanita tersebut.
Mayat mengatakan, semula para penculik menyita ponsel dari semua wanita yang mereka tawan. Namun, penculik mengubah strateginya. Ponsel dikembalikan sehingga para wanita dewasa dan gadis bisa menyampaikan kepada dunia, pengalaman yang telah mereka lalui.
“Untuk lebih melukai kami, bahkan mereka meminta kami untuk menceritakan secara detail kepada orangtua, apa yang telah mereka lakukan terhadap kami. Mereka lalu tertawa, karena berpikir mereka tak dapat terlihat dan manusia super. Tapi, mereka sekumpulan orang-orang yang tidak memiliki hati,” kata Mayat.
Sebelumnya, PBB telah menuduh ISIS melakukan pembersihan etnis di bagian utara Irak dengan menahan dan mengeksekusi kaum Kristiani, Turkmenistan dan Yazidi. (one)
Sumber : Viva.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *