GAPURANA SENI HIBURAN

Film Nasional dan Kereta Api di Garut : Tidak Mudah Membuat Film Berlatar Stasiun KA

Berlatar Halte KA Leuwigoong Garut, sutradara (alm) Willy Wilyanto (kanan)t tengah menyutradarai aktor Rachmat Hidayat (kiri), untuk film drama “Mat Pecii Pembunuh Berdarah Dingin”. Rachmat Hidayat berperan sebagai “Mat Peci” dari kisah nyata, yang  riwayat aksinya berakhir di Leuwigoong, Garut. (Foto: Yodaz)
Berlatar Halte KA Leuwigoong Garut, sutradara (alm) Willy Wilyanto (kanan)t tengah menyutradarai aktor Rachmat Hidayat (kiri), untuk film drama “Mat Pecii Pembunuh Berdarah Dingin”. Rachmat Hidayat berperan sebagai “Mat Peci” dari kisah nyata, yang riwayat aksinya berakhir di Leuwigoong, Garut.
(Foto: Yodaz)

Film Nasional dan Kereta Api di Garut (Bagian 3 Habis)

Oleh: Yoyo Dasriyo

PEMANDANGAN klasik dari rel yang membentang di kawasan Stasiun KA Garut, yang tergambar sebagai simbolis “opening scene” dalam skenario yang saya tulis, berganti jembatan rel kereta api di Leuwidaun. Peninggalan masa kejayaan KA “Si Gombar” Garut– Cikajang itu, memudarkan penciptaan adegan dengan bahasa gambar. Dialog puitis tokoh Lenny (Cahya Kamila) dan Herman (Gunawan Wb) , saat menyusuri rel kereta api, hanya meluncur datar.

“Herman., saya tidak mau hidup seperti rel kereta api! Seiring-sejalan…, tapi tak pernah bisa bersatu” kata Lenny yang tertulis dalam skenario. Namun tanpa dukungan setting klasik dan artistik di kawasan stasiun, adegan itu tergelar apa adanya. Kering tanpa kekuatan setting rel kereta api. Memang, sutradara tak mau memaksakan syuting di kawasan stasiun itu, karena teknis “direct-sound” (pengambilan gambar dan rekaman suara langsung), dirintang kebisingan hilir-mudik kendaraan bermotor di Jl Mawar.

Dalam kehangatan iklim industri FTV (Film Televisi), tahun 2011 lakon “Stasiun Cinta” garapan Wawan Hermawan, berpaling pula ke Stasiun KA Cibatu. Film bermuatan drama sosial yang berbintangkan Reza Pahlevi, Ayu Pratiwi, Mentari Intan Nurachmi dan Yatie Surachman, terhitung amat kental dengan kebutuhan keramaian suasana stasiun. Bahkan alur lakon itu menampilkan sosok penjaga pintu lintasan KA. Film televisi ini menebus kekecewaan adegan puitis dalam sinetron “Seorang Perempuan”. Memang saya mengulang lagi dialog romantis Cahaya Kamila dan Gunawan WB, dalam gaya lain yang dimainkan Ayu Pratiwi dan Reza Pahlevi.

“Banyak sinetron saya menampilkan kereta api! “Nggak tahu kenapa,saya suka sosok kereta api sebagai obyek gambar. Tapi kalau dikaji, sebenarnya di balik sosok kereta api itu banyak kandungan filosofinya. Visualisasi adegan pun menguatkan filmis bernuansa dramatis, atau cekaman horror. Itu tergantung kebutuhan atmosfer lakonnya” ungkap H Encep Masduki, sutradara senior, yang sukses meramu lakon “Cinta Fitri”, dalam perjumpaan di Bogor.

Tetapi, beberapa tahun belakangan ini, tidak banyak lagi film maupun sineton yang menjual adegan artistik dari sosok kereta yang melaju di atas bentangan rel. “Sekarang ini tidak mudah membuat film berlatar suasana di stasiun kereta api. Banyak tahapan proses perizinan yang harus ditempuh” ungkap Wawan Hermawan bernada kesal. Lokasi syuting pun tidak gratis, dan berbatas waktu! Kondisi itu menyusutkan minat kalangan produser film nasional dan sinetron, untuk menggarap lakon berlatar areal lokasi perkeretaapian.

Padahal untuk mengemas film bertema perjuangan, keberadaan lokomotif uap dan stasiun kereta sangat kental dalam bangunan lakonnya. Tentu, karena lok uap jadi bagian dari historis masa perjuangan yang tidak terpisahkan. Orang tak pernah tahu, kalau untuk lokasi syuting film bersuasana perkeretaapian, butuh pendanaan tersendiri, “Dihitung per-jam lho! Biayanya tinggi, lagi” kata seorang pimpinan produksi di lokasi syuting.

Sejak lok uap “Si Gombar” yang legendaris itu “sakit-sakitan”, hingga tiada di alam kekinian, Stasiun KA Garut kehilangan magnetisnya dalam pembuatan film nasional dan sinetron. Hana tersiksa kesaksian sejarah, tentang peran jasa perkeretaapian di kawasan Garut, dalam mendukung kelangsungan industri perfilman dan sinetron. Kelahiran film fenomenal seperti “Toha Pahlawan Bandung Selatan” maupun “Dikejar Dosa”, sebagai saksi bisu dalam rangkaian historis perkeretaapian di Garut.

Bangunan Stasiun KA Garut berikut deretan halte hingga Cibatu dan Cikajang, berharga sejarah yang memanjangkan daftar judul film dan sinetron berlatar alam Garut. Kecantikan panorama alami dan perangkat perkeretaapian itu pula, yang menguatkan pamor Garut sebagai tujuan lokasi syuting film nasional dan sinetron ***
(Selesai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *