GAPURANA

Duka Banjarnegara, Pengalaman Berulang Buat Kita Semua

Foto istimewa
Foto istimewa

Oleh  : Janur M. Bagus

Benar…!!! Jerit tangis dan kepanikan itu telah terjadi, ratusan warga seketika diselimuti ketakutan yang tiada tara saat longsor maut itu menjemput banyak korban jiwa warga Banjarnegara, Jawa Tengah. Jumat Petang 12 Desember 2014  puncak bukit Telaga Lele tiba-tiba bergerak mendadak luruh menimpa Dukuh Jemblung yang berada tepat di lereng bukit itu.

Ya, hanya dalam hitungan waktu kurang lebih lima menitan, perkampungan atau dukuh  seluas 25 hektare dengan 35 rumah penduduk dan 55 kepala keluarga, seketika lenyap ditelan bongkahan tanah merah yang terus mengagah menyapu tiada hitung siapa dan apa.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah merilis sekitar 68 korban dinyatakan masih tertimbun, 39 korban  telah ditemukan terbujur kaku setelah dengan susah payah Regu penolong dari berbagai kekuatan dikerahkan, sementara belasan lainnya menderita  luka-luka, dari luka lecet hingga luka patah tulang, menggenapkan penderitaan akibat dahsyatnya ketika alam merehabiliatasi dirinya sendiri setelah ulah manusia merusaknya kadang tanpa ampun dan tak mengenal batas.

Bukan sesuatu yang tidak mungkin peritiwa tragis bencana longsor tersebut serta merta terjadi begitu saja, jika tidak ada penyebab yang sporadis mengawalinya, sebut saja alih fungsi lahan biasanya paling mudah untuk menjawab penyebab peristiwa serupa dimanapun dikawasan rawan pergeseran tanah atau rawan longsor tersebut.

Alih fungsi lahan memang dikabarkan merupakan bagian yang telah dilakukan warga sekitar dimana diatas bukit itu telah banyak berubah berbagai kegiatan pertanian warga sekitar bahkan ada diantaranya yang membuat kolam atau penampungan air yang jelas-jelas akan membuat struktur tanah menjadi tidak kuat dan rapuh.

Terlepas dari itu semua, memang kehidupan dan perkembangan peradaban manusia dengan alam ibarat dua sisi mata uang yang senantiasa beriringan maka jangan heran jika sang alam telah mengingatkan dengan tanda-tandanya sendiri, dimana setiap peristiwa alam tidakan akan serta merta terjadi melainkan sebelumnya akan didahului sebuah tanda-tanda itu, namun dalam konteks ini sangat tergantung pada manusianya akan memahami itu semuan atau malah sebaliknya tidak mau tahu adanya.

Oleh karenanya duka apapun itu yang kerap terjadi dipelosok negeri termasuk duka saudara-saudara kita di Banjarnegara adalah sederetan panjang peritiwa berulang yang pada dasarnya adalah proses peringatan alam agar kita semua bersiap-siap dan menyadarinya karena bukan tidak mungkin peristiwa serupa akan menimpa kita dilain waktu dan kesempatan.

Pada hekekatnya kita semua saat ini berada dalam bayang-bayang itu semua hanya waktu dan lokasi yang berbeda saja, ancaman musibah itu hampir merata disemua pelosok hunian manusia. Jangan merasa kita aman dari ancaman itu semua, jangan berharap peritiwa itu menjauh dari kita karena bencana apapun itu bentuknya ibarat arisan yang hanya menunggu waktunya tiba. “Naudzubillah, Tsumma Naudzubillahi Mindzalik”.

Duka Banajarnegara, pada dasarnya adalah proses alam mengingatkan kita bagi siapapun dan dimanapun apakah di Zona rawan bencana ataupun sebaliknya di Zona aman dalam prediksi manusia, itu semua tidak ada jaminan kecuali kita mewaspadainya. Waspadalah…!!! waspadalah…!!! Salam waspada ***JMB  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *