HUKUM KRIMINAL

Diwarnai Money Politik, Hasil Pilkades Padaawas Didugat

Amplop yang beredar dan berhasil diamankan dari salah satu lokasi Pilkades, foto istimewa

Gapura Garut – Tidak hanya dalam pelaksanaan Pileg dan Pilpres, pelaksanaan pemilihan kepala desa (pilkades) serentak gelombang II di Kabupaten Garut, Jawa Barat pun tak luput dari praktek money politik.

Saepulloh, salah satu calon kepala desa Padaawas, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat mengatakan, dalam pelaksanaan pilkades kali ini, ia menilai banyak kecurangan yang menyebabkan pelaksanaan pilkades tidak jujur dan adil.

“Saya menemukan money politik 105 amplop berisi Rp 50 ribuan dan uang tunai Rp 1 juta,” ujar Saepulloh, calon nomor satu saat ditemui, Selasa, (23/5/2017).

Menurutnya, pelaksanaan pilkades di wilayahnya berjalan tidak jujur, selain adanya money politik alias politik uang, juga ditemukan banyaknya tekanan dari salah satu calon. “Mereka mengerahkan pemuda yang mabuk mendekati TPS dengan tujuan menakuti warga,” kata dia.

Selain itu, sejak awal kedua calon telah menandatangani perjanjian bersama yang berisi penyataan apabila ditemukan money politik pada calon tertentu dan ternyata calon tersebut meraih kemenangan, maka secara langsung panitia langsung melakukan diskualifikasi kemenangannya. “Kenapa pada kenyataannya seperti ini, bukannya harus jujur dan adil,? Saya minta kemenangannya dibatalkan,” ujarnya.

Berdasarkan hasil perhitungan akhir, total suara yang masuk untuk pilkades Desa Padawaas berjumlah4.109 suara, calon nomor satu mendapatkan 2.027 suara, sementara calon nomor dua mendapatkan 2.081 suara, atau hanya berselisih 54 suara, sebuah angka yang sangat tipis yang berpotensi memancing konflik.

Atas temuan itu, ia meminta pelaksanaan pilkades yang dilakukan di desa Padaawas diulang secara keseluruhan atau khusus di dusun 2 yang membawahi kampung Padaawas, Bunisari, Negla, Legok Jero, Cihurang, Cihurip yang memiliki hak pilih hingga 1.992 suara. “Padalah perhitungan saya minimal saya dapat 600 suara,” ujarnya.

Jika tuntutannya tidak ditanggapi panitia pilkades kata dia, ia bersama tim suksesnya berjanji akan mengerahkan massa dalam jumlah yang cukup besar untuk melakukan demo. “Lihat saja nanti,” ujar dia sedikit mengancam.

Pelaksanaam pilkades serentak rawan konflik horizontal, sebelumnya, dua orang warga Kampung Sawahbera, Desa Cimareme, Kecamatan Banyuresmi menjadi korban penganiayaan menggunakan senjata tajam dari pendukung salah satu calon Kepala Desa, mereka harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit akibat kritis dari luka yang diterima keduanya.***JSN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *