NUSANTARA

Pesawat TNI Jatuh di Malang, Ini Kronologinya

Suasana dilokasi Peswat TNI jatuh beberapa saat setelah kejadian, foto Istimewa
Suasana dilokasi Peswat TNI jatuh beberapa saat setelah kejadian, foto Istimewa

Gapura Nusantara ,- Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal Agus Supriatna memaparkan kronologi peristiwa jatuhnya pesawat Super Tucano 1308 di Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, Rabu, 10 Februari 2016.

Pesawat tersebut terjatuh saat melakukan test flight, setelah menjalani penerbangan sekitar 700 jam, sejak tiba di pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh dari Brazil pada 2012 lalu.

“Pesawat itu sedang melakukan test flight, cek performance rutin,” kata Agus.
Pesawat berangkat dari pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh pada pukul 09:25 WIB, dan kemudian hilang kontak pada 09:59 WIB. Kemudian, pesawat dilaporkan jatuh sepuluh menit kemudian, tepat pukul 10:09 WIB.
Menurut Agus, ini merupakan test flight rutin yang dilakukan sejak Selasa dan berlanjut hari ini. Pilot telah mencapai ketinggian 25 ribu kaki, dan menguji untuk mencari kecepatan maksimal.
Kemudian, pesawat turun pada ketinggian 15 ribu kaki untuk menyelesaikan profil pertama. Saat di posisi itu, pilot melapor bahwa profil pertama tuntas.
Pada profil berikutnya, dari ketinggian 15 ribu kaki, pilot harus menurunkan pesawat ke 8000 kaki.
“Melaksanakan profil berikutnya, yaitu dengan dive angle 30 degree, untuk mencari kecepatan 320 knot. Jadi pada saat penerbang calling, ketika meninggalkan 15 ribu untuk melaksanakan profil berikutnya, ternyata tidak calling lagi. Sampai terjadi musibah itu mengakibatkan, Penerbang Ivy meninggal,” jelasnya.
Jasad sang pilot kemudian ditemukan di Dusun Bunut, Desa Tunjung Tirto, Kecamatan Singosari, Malang, atau sekitar 8 kilometer dari lokasi pesawat ditemukan. Parasutnya ditemukan 2 kilometer dari lokasi jasad.
Sementara pesawatnya terjatuh menimpa rumah dan menewaskan dua penghuni rumah, yaitu Nur Cholis warga Blitar berusia 27 tahun serta Erna Wahyuningtyas berusia 47 tahun.
Di dalam pesawat, selain pilot juga terdapat Juru Mesin Udara (JMU) yaitu, Sersan Mayor Syaiful Arief Rakhman. “JMU ditemukan di dalam kokpit pesawat yang masih berada di lokasi,” katanya.
Kondisi pesawat sendiri terjatuh dengan menancap ke dalam tanah dan menyisakan bagian ekornya. Tim evakuasi harus membongkar rumah untuk mengangkat pesawat tersebut.
“Sudah meminta izin dan akan membongkar rumah untuk evakuasi,” ujar Agus.
Agus menjelaskan, Mayor Penerbang Ivy Safatillah memiliki 3000 jam terbang dan sempat menerima pendidikan di pabrikan Super Tucano di Brazil, untuk melakukan test flight di negara asal pesawat. “Dia sekolah di sana,” kata Agus. (ase). Dikutif dari viva.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *