PARIWISATA BUDAYA

Ribuan Orang Padati Upacara Nyangku, Berebut Air Cucian Pusaka

Ribuan orang memadati ritual adat Nyangku, diPanjalu Kabupaten Ciamis, Foto Istimewa
Ribuan orang memadati ritual adat Nyangku, diPanjalu Kabupaten Ciamis, Foto Istimewa

Gapura Ciamis ,- Ribuan warga yang datang dari berbagai daerah ditanah tumpah ruah memadati lapangan Taman Borosngora di Alun alun Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat untuk menyaksikan secara beramai-ramai prosesi adat nyangku yang berlangsung setiap tahun pada bulan Maulid pada penaggalan kalender Islam.

Selain menyaksikan prosesi nyangku yaitu lungsur dan pembersihan pusaka, ribuan warga juga turut berebut air bekas cucian benda-benda pusaka koleksi Bumi Alit Panjalu.

Menurut keyakinan warga secara turun temurun, konon air tersebut memiliki khasiat tersendiri antara lain dapat mendatangkan keberkahan bagi yang meminum ataupun memandikannya dengan air cucian benda-benda pusaka tersebut.

Ritual adat nyangku adalah suatu rangkaian prosesi adat penyucian benda benda pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora dan Para Raja serta Bupati Panjalu penerusnya serta para penerusnya yang hingga kini tersimpan tertata rapi di pasucian Bumi Alit.

Menurut Edi Hermawan Cakradibata, Ketua Yayasan Borosngora Panjalu, tradisi nyangku berasal dari bahasa arab yaitu “yanko” yang artinya membersihkan, namun kebanyakan orang sunda terbiasa mengucapkan kata yanko menjadi nyangku dan kata tersebut digunakan hingga kini.

“Upacara nyangku yang selalu diadakan pada hari senin atau kamis di minggu terakhir bulan Maulud (Rabiul Awal), pada penanggalan kalender islam hakekatnya adalah merupakan bagian dari syiar islam yang diwariskan para leluhur di kerajaan Panjalu yang telah berusia ratusan tahun”, Kata Edi saat ditemui disela-sela kegiatan tersebut, Senin (19/1/2015).

Edi memaparkan, dalam upacara Nyangku tersebut, benda-benda pusaka yang berada di Bumi Alit (tempat penyimpanan benda pusaka) selanjutnya dikeluarkan dan di bersihkan dengan menggunakan air dari tujuh sumber mata air.

“Airnya sengaja diambil dari tujuh mata air, kemudian untuk meghilangkan karat pada pusaka yang terbuat dari besi dan sejenisnya menggunakan juga jeruk nipis, setelah dicuci dengan air tersebut, benda-benda pusaka dikeringkan dan diolesi minyak serta rempah rempah khusus yang sengaja di gunakan agar benda benda pusaka dapat terawat dan awet bertahan lama”. Paparnya.

Edi menambahkan upacara nyangku yang telah berjalan secara turun temurun selalu menarik perhatian warga terutama warga panjalu yang kini telah bermukin dan tersebar diseluruh daerah di Indonesia.

“pada saat nyangku digelar hampir seluruh warga asal panjalu dipastikan pulang kampung untuk menyaksikan upacara tersebut dan kini juga teah menarik ribuan orang dari berbagai daerah untuk menyaksikan acara adat tersebut”. Imbuhnya***Dedi Kuswandi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *