PARIWISATA BUDAYA

Pamer Klakson Oplet di Garut: “Ayam Den Lapeh” dan “Panon Hideung”

Suasana teriminal kendaraan oplet antar kecamatan di Jl Pramuka, Garut, tahun 1981, yang kini dijadikan lahan bangunan PT Telkom dan BPR Garut. Potret diambil dari arah pasar Guntur lantai dua. (Foto: Yodaz)
Suasana teriminal kendaraan oplet antar kecamatan di Jl Pramuka, Garut, tahun 1981, yang kini dijadikan lahan bangunan PT Telkom dan BPR Garut. Potret diambil dari arah pasar Guntur lantai dua. (Foto: Yodaz)

Pamer Klakson Oplet di Garut: Bagian (1)

Oleh Yoyo Dasriyo

ADA keunikan masa lampau di Garut, yang kini mengering dalam ingatan banyak orang. Terbukti dalam lintasan sejarah kelangsungan daerah ini, kemasyhuran lagu pop Sunda “Panon Hideung”, dan pop Minang “Ayam Den Lapeh” yang fenomenal dekade 1960-an, terbingkai ke dalam “mode” pamer kreasi klakson mobil. Magnetis kedua tembang lawas itu, pernah dijadikan siasat penjual jasa transportasi umum di Garut, dalam upaya memenangi persaingannya.

Bukan hanya tulisan judul lagu itu dengan huruf hias pada bumper atau badan mobilnya, kalangan sopir yang kreatif menata penggalan notasi lagu “Paon Hideung” dan “Ayam Den Lapeh” ke dalam bunyi klakson. Temuan kreasi nada elektrik itu, bagai tembang tanpa syair, yang mampu memikat perhatian orang. Terlebih, karena saat itu belum semua kendaraan umum dilengkapi fasilitas klakson elektrik. Jumlah mobil berklakson pun, masih bisa dihitung dengan jari.

Barangkali keterbatasan teknologi, membuat bunyi klakson mobil masih dominan non elektrik, yang hanya menghasilkan suara seperti balon mainan anak kecil. Suaranya ke luar dari gelembung karet melalui tabung model terompet. Untuk membunyikan klakson seperti itu, sang sopir pun harus memijit gelembung karet, yang terpasang pada pangkal tabungnya. Ini klakson mobil “tempo doeloe”, yang menghias gagang kaca spion. Pelengkap penampilan mobil itu, kini berkelas atribut antik!

Dalam kondisi seperti itu, mobil berklakson elektrik dan berlagu menjadi kebaruan yang dianggap istimewa! Terdukung lagi, karena notasi lagu dalam bunyi klaksonnya, bisa menirukan lagu yang tengah populer. Manakala klakson mobil berlagu “Panon Hideung” terdengar dari kejauhan, seketika mengusik para calon penumpang di keramaian terminal antarkota jurusan Garut – Bandung. Semua orang tergoda melirik ke arah bunyi klakson itu. Muncul kemudian oplet mungil bermesin Dodge, dengan kombinasi warna merah dan hitam, berhias tulisan “Panon Hideung”.

Dari tikungan Jln Cimanuk – Jln Guntur (Leuwidaun), oplet mascot penumpang jurusan Garut – Bandung itu meluncur melintasi bangunan PTG (Pabrik Tenun Garut) yang berganti wajahi supermall “Ramayana”. Oplet Dodge itu memasuki areal terminal oplet antarkota, yang terhampar di tikungan Jln Melati (Pramuka) berbatas Jln Guntur. Sebagian areal itu kini dijadikan kantor PT Telkom dan BPR Garut. Sampai putaran tahun 1981, di sana terminal Garut menempati lahan terbuka berpagar pepohonan besar.

Pemandangan itu jauh sebelum Jln Perintis Kemerdekaan, terhubung dengan Jln Guntur, melintasi Jembatan Cimanuk II. Orang gampang mengenali oplet “Panon Hideung” yang dinantikannya, karena kendaraan antarkota berklakson lagu itu terhitung langka. Hanya satu-satunya! Padahal, penampilan oplet “Panon Hideung” tidak istimewa. Bahkan, kalah nyaman dibandingkan dengan suburban Chevrolet bertuliskan “Rapih”, “Kota Intan”, maupun mobil lainnya yang bermesin De-Soto, Fargo serta GMC.

Namun kreasi sopir yang bisa memainkan klaksonnya berlagu, membuat oplet dengan dominasi warna hitam itu diprimadonakan. Kekuatan fanatisme penumpang oplet “Panon Hideung” pun seolah tak terpatahkan kendaraan lainnya. Mereka rela mengulur waktu keberangkatannya ke Bandung, hanya untuk menunggu kedatangan oplet itu. Kalau pun muncul pesaingnya, justru oplet bermesin Fiat antarkecamatan yang mejual jasa trayek Garut – Wanaraja. Oplet kecil yang mirip oplet “Si Doel” dalam sinetron “Si Doel Anak Sekolahan”

Oplet Fiat itu, sangat diminati para calon penumpangnya, karena bunyi klaksonnya menirukan penggalan lagu yang tak kalah “ngetrend”! Klakson mobil Fiat itu melagukan “Ayam Den Lapeh”, sebuah lagu Pop Minang yeng memanjakan nama penyanyi Nurseha, menyusul kemudian dalam versi Elly Kasim. Itu memang pembenaran, bahwa tingkat kemasyhuran lagu “Ayam Den Lapeh” dan “Panon Hideung” sangat fenomenal. Tak terbendung dengan kepopuleran lagu daerah lainnya, yang tengah memusim.**

(Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *