PARIWISATA BUDAYA

Ribuan Warga Kembali Padati Acara Nyangku di Panjalu

Ribuan warga padati prosesi pembersihan pusaka pada ritual budaya nyangku di Panjalu, foto Dedi
Ribuan warga padati prosesi pembersihan pusaka pada ritual budaya nyangku di Panjalu, foto Dedi


Gapura Ciamis ,- Ribuan waega kembali datang tumpah ruah dari berbagai daerah memenuhi Taman Borosngora Alun alun Panjalu untuk mengikuti helaran Nyangku.

Ritual budaya yang merupakan kalender rutin tahunan ini untuk membersihkan benda pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora dan para Raja serta Bupati Panjalu yang dipusatkan di Alun alun Panjalu, Kabupaten Ciamis, Senin (26/12/2016).

Kegiatan setiap bulan Maulid ini pada kalender Hijriyah ini, sekaligus dalam rangka memperingatan Hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.

Ritual Nyangku seperti biasa diawali dengan mengeluarkan benda-benda pusaka peninggalan Raja Panjalu dari Bumi alit atau museum tempat menyimpan benda pusaka tersebut.Selanjutnya diarak dibawa dengan cara digendong oleh keturunan raja panjalu dan warga terpilih dengan iring-iringan sambil melantunkan solawat menuju Nusa Gede yang dikelilingi situ Panjalu.

Setelah tiba di Nusa Gede pusaka-pusaka tersebut  kembali dibawa menuju Taman Borosngora untuk dibersihkan atau dijamas.

Ditengah tengah taman tersebut satu persatu pusaka dibersihkan dengan menggunakan Tujuh sumber mata air dari beberapa tempat atau disebut ‘Cai Karomah Tirta Kahuripan’.

Prosesi pembersihan pusaka dilakukan pertama dengan membuka pembungkus pusaka diatas panggung. kemudian dibawa menuju tempat pembersihan yang terbuat dari bambu yang terletak di tengah-tengah taman. setelah dibersihkan pusaka kemudian dibungkus dan disimpan kembali ke Bumi alit.

Menurut Kepala Desa Panjalu R Haris Riswandi Cakradinata Istilah  Nyangku berasal dari bahasa arab ‘Yanko’ artinya membersihan.

Acara tersebut sudah menjadi tradisi adat kebudayaan masyarakat Panjalu yang berlangsung secara turun temurun, sambil memperingati Maulid nabi dan mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora yang telah menyampaikan ajaran islam di wilayah panjalu.

Menurutnya upacara adat nyangku harus terus dilestarikan sebagai sebuah kearifan lokal yang ada di Panjalu.

“Ini tradisi sebagai salah satu alat untuk membendung budaya asing terutama budaya negatif yang merusak moral bangsa,”ungkapnya.

Sementara itu antusias warga tampak sangat luar biasa dalam mengikuti rangkaian ritual Nyangku.

Warga terus menyemut mendekati tempat pencucian pusaka intuk dapat menyaksikan dari dekat benda benda pusaka peninggalan raja panjalu tersebut.***Dedi Kuswandi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *