PENDIDIKAN

SLBN Purwakarta Sukses Gelar Rangkaian Kegiatan HUT Ke 17 Tahun


Gapura Purwakarta ,-  Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Purwakarta sukses menggelar rangkaian acara dan lomba dalam rangka HUT ke-17 sekolah tersebut.

Istimewanya, peringatan hari jadi kali ini jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, selain lebih meriah dengan menghadirkan berbagai lomba, juga mengundang sejumlah SMP dan SMA umum se-Kecamatan Purwakarta.

Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Kurikulum SMPLB Rudi Rusyana yang juga panitia pelaksana mengatakan, pihaknya mengundang beberapa siswa dari SMP dan SMA  untuk mensosialisasikan jika siswa SLB juga mampu bersaing dan memiliki potensi yang sama. 

“Semua siswa memiliki hak dan kesempatan yang sama. Baik siswa SLB maupun sekolah umum, saling berlomba menunjukkan kabisanya masing-masing. Ada pun lomba yang digelar di antaranya lomba tata rias dan modeling,” ujar Rudi di sela acara, Kamis (17/11/2016).

Dijelaskannya, rangkaian acara tersebut dimulai sejak Selasa – Kamis 15-18 Nopember 2016 sebagai puncak acara. 

“Semua tingkatan mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA terlibat dalam rangkaian ini. Selain tata rias dan modeling juga digelar beberapa lomba lainnya seperti lomba mewarnai, menggambar hingga lomba baris berbaris,” kata Rudi. 

Lebih lanjut Rudi menjelaskan, saat ini SLBN Purwakarta memiliki 190 siswa dari berbagai jenjang dan dari jenis disabilitas. 

“Total 190 siswa dari tingkat TK, SD, SMP, dan SMA mulai dari siswa disabilitas tunanetra, tunadaksa, tunagrahita, dan tunarungu,” ujarnya.

Rudi menambahkan, keberadaan SLB langsung berafiliasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi.

“Sebenarnya proses pembelajaran sudah berjalan cukup baik, hanya saja prospek ke depan lulusan SLB, khususnya SMALB belum banyak yang diterima di perusahaan-perusahaan. Padahal seharusnya mereka memiliki hak yang sama untuk bekerja,” ungkapnya.

Ada pun proses belajar di SLB bukan pendidikan akademik yang ditonjolkan melainkan pendidikan vokasional seperti keterampilan, tata boga, tata rias, tata busana, hingga cuci steam.

Intinya, sambung Rudi, persentase pendidikan vokasional dan akademik untuk tingkat SDLB dan SMPLB 60 berbanding 40, sedangkan SMALB 70 berbanding 30.

“Yang menarik, kami setiap hari membuka layanan cuci steam dengan pelanggan, orang tua siswa dan guru. Sementara untuk siswa tunanetra malah sudah berlangsung lama dibekali keterampilan memijat dan music,” ujarnya.

Sementara itu, Dandim 0619/Purwakarta Letkol Czi Cahyadi Amperawan S.IP melalui Kasdim 0619/Purwakarta Mayor Inf Krismanto mengatakan, pihaknya memiliki perhatian lebih kepada para penyandang disabilitas.

“Mereka ini memiliki kesempatan yang sama, bahkan ada beberapa siswa memiliki skill yang bahkan siswa biasa saja tak menguasainya,” kata Kasdim.

Dirinya menambahkan, seharusnya SLB ini sudah tidak berlaku lagi diganti dengan sekolah inklusi di mana siswa penyandang disabilitas dapat sekolah bersama di sekolah biasa.

“Kami juga akan memfasilitasi lulusan SLBN, khususnya SMALB dalam mendapatkan peluang kerja,” ujar Kasdim.

Ditegaskannya, pemerintah sebenarnya sudah mewajibkan perusahaan negara untuk memperkerjakan penyandang disabilitas sebanyak 2 persen dari total tenaga kerja dan 1 persen untuk perusahaan swasta. 

“Bahkan, UU juga memberikan insentif bagi perusahaan swasta yang menjalani kewajiban ini. Aturan ini sebenarnya juga sudah tertuang dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan sejak lama. Para penyandang disabilitas dapat menjalankan tugas-tugas administratif,” pungkasnya.***Deni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *