PERISTIWA USAHA PRODUK

Elpiji Mahal Warga di Garut Kembangkan Biogas

gas_lpg_mahal
Gapura, – Penerapan energi biogas sebagai sebuah program energi alternatif pengganti di Kabupaten Garut, sudah seharusnya dikembangkan. menyusul, energi biogas ternyata dapat digunakan sebagai pengganti gas elpiji untuk berbagai keperluan terutama keperluan rumah tangga.
         Oleh sebagian warga di Kampung Babakan Ranca Bungur, Desa Kertajaya, Kecamatan Cibatu, Garut,  energi biogas telah dimanfaatkan sebagai pengganti gas elpiji. Energi biogas di daerah ini, diperoleh dari pengolahan sampah organik oleh warga setempat. “Sampah yang dapat menghasilkan biogas harus bersifat organik. Karena energi biogas baru akan dihasilkan saat sampah yang ditumpuk terurai atau mengalami pembusukan,” kata Rahmat Hidayat, Ketua RW 03 Kampung Babakan Ranca Bungur, saat ditemui wartwan baru-baru ini.
           Rahmat menambahkan , tong pengolah sampah menjadi energi biogas di kampungnya diperoleh dari pemerintah melalui program yang dijalankan oleh PLN di pertengahan 2013 lalu. awalnya sebagai percobaan,  pihak PLN memasangi tong penampung berukuran 1,5×1 meter di kampungnya. “sekarang dari tong percobaan tersebut sudah dapat menhasilkan energi biogas meski masih sedikit jumlahnya”.paparnya
             Menurut Rahmat, secara teknis, pengoperasian tong pengubah sampah menjadi energi biogas sangatlah mudah. Tong penampungan hanya perlu diisi sampah organik.
“Biasanya saya masukan sisa-sisa sayuran, sisa limbah rumah tangga, sisa makanan, kotoran hewan, hingga sampah dari kebun yang berupa dedaunan,” ujarnya.
              Dalam satu hari, kapasitas tong penampungan ini mampu memuat sampah seberat 20 kg. Energi biogas sendiri akan dihasilkan secara otomatis dalam proses pembusukan di dalamnya. “Energi biogas yang digunakan untuk memasak bukan berasal dari sampah yang baru saja dimasukan, melainkan dari pembusukan sampah sebelumnya. Setiap hari tong penampung itu harus diisi sampah agar bisa terus menghasilkan energi biogas,” ungkapnya
         Gas yang dihasilkan dari sampah, kemudian disalurkan ke dalam kantong plastik berukuran besar. Kegunaan kantong plastik ini adalah sebagai indikator adanya pasokan biogas.
“Gas kemudian disalurkan kembali ke rumah melalui jaringan pipa. Pipa yang langsung menyambung dengan kompor di dapur, sebelumnya telah dipasangi tuas kontrol untuk mengatur besar atau kecilnya gas yang dikeluarkan”.paparnya
           Untuk sampai ke kompor agar dapat digunakan memasak, Lanjut Rahmat , Ada juga tuas yang berfungsi untuk menutup atau membuka saluran gas. Setelah disalurkan dan terhubung dengan kompor, baru biogas dapat dimanfaatkan untuk memasak.
Selain menghasilkan biogas, tong penampungan ini pun mampu menghasilkan cairan pupuk organik. Pupuk organik cair ini dapat digunakan untuk keperluan menyuburkan areal persawahan dan kebun warga. “Pemanfaatannya pun relatif aman. Pasalnya, jika terjadi kebocoran, biogas tidak akan meledak. Melainkan hanya akan muncul bau sampah saja. Jika bau sampah mulai tercium, itu berarti ada kebocoran dari pipa penyalurnya. Perbaikannya cukup mudah,” ungkapnya.
                Rahmat berharap pemerintah dan intansi terkait dapat mengembangkan penerapan energi biogas di kampungnya. Mudah-mudahan, kedepannya ukuran tong penampungan sampah dapat diperbesar agar mampu menghasilkan energi biogas yang lebih banyak lagi. “Percobaan dari pemerintah ini baru bisa menghasilkan gas selama dua jam dan baru diperuntukan untuk keperluan memasak di posyandu saja. Coba kalau ukuran penampungannya besar, bisa-bisa warga satu kampung di sini dapat menikmati aliran biogasnya.
         Mudah-mudahan nanti pemerintah dapat kembali memperbaharui ukuran tong penampungannya. Bagaimanapun, biogas sangat diperlukan di saat pasokan elpiji di kampung kami sangat langka. Selain selalu kosong hingga dua hari, gas elpiji di sini cukup mahal, mencapai Rp25.000 per tabung,” pungkasnya***TG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *