PERISTIWA

Garut Tiga Bulan Kedepan Terancam Rawan Pangan

Edi Muharam, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Garut, foto Irwan Rudiawan
Edi Muharam, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Garut, foto Irwan Rudiawan
Gapura Garut ,- Peralihan musim hujan ke musim kemarau saat ini, telah mengakibatkan terjadinya kekeringan disejumlah wilayah  Kabupaten Garut. Dalam catatan Badan Ketahanan Pangan(BKP) Kabupaten Garut,  sedikitnya ada 15 Kecamatan dari 42 Kecamatan yang ada di Kabupaten  Garut telah dilanda kekeringan akibat tidak memiliki sumber mata air.
Menurut Edi Muharam Kepala BKP Kabupaten Garut ke 15 kecamatan yang mengalami kekeringan  terancam mengalami rawan pangan akibat gagal panen dario para petani setempat.
“Apabila dalam tiga  bulan kedepan tidak ada turun hujan disejumlah kawasan tersebut, khawatirkan ketersediaan airnya akan terus mengalami penyusutan dan bisa berakibat terjadinya rawan pangan karena para petani setempat tidak bisa lagi bercocok tanam”. Kata Edi saat ditemui, Rabu (24/6/2015).
Menurutnya wilayah yang paling berpotensi  lebih cepat mengalami kekeringan akibat musim kemarau tersebut mayoritas berada di wilayah Garut utara yang merupakan daerah tadah hujan.
“Biasanya mulai wilayah kecamatan Limbangan, Malangbong, Cibiuk, Cibatu hingga kecamatan Selaawi, dan beberapa kawasan di wilayah selatan Garut, seperti kecamatan Caringin, Mekarmukti hingga Cikelet biasanya lebih cepat kekeringan karena areal pertanian diwilayah-wilayah tersebut merupakan daerah tadah hujan”, Ungkapnya.
Edi menambahkan, beruntung untuk daerah sekitar Leuwigoong dan Banyuresmi petaninya masih bisa terbantu dengan adanya daerah irigasi bendung copong.
Sejauh ini lanjut Edi, Pemkab Garut mengalami kesulitan dalam mengantisipasi terjadinya kekeringan apabila daerah tertentu tidak memiliki sumber mata air yang cukup khususnya untuk bercocok tanam baik padi maupun palawija.
“Kecuali daerah tersebut memiliki sumber mata air mungkin masih bisa untuk diatasi dengan berbagai cara, namun jika sama sekali tidak ada sumber mata air maka kami juga sangat kesulitan”. Pungkasnya.***Irwan Rudiawan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *