PERISTIWA

Tanah Retak di Panumbangan Ciamis Terus Terjadi

Salah satu dinding rumah warga yang mengalami retak-retak di Payung Agung Ciamia, foto Dedi
Salah satu dinding rumah warga yang mengalami retak-retak di Payung Agung Ciamia, foto Dedi

Gapura Ciamis ,- Bencana tanah retak yang terjadi dikawasan Ciamia hingga kini masih terus terjadi,  sejak musim hujan terus  mengguyur wilayah Kabupaten Ciamis terutama  diwilayah Payung Agung, Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis,  bencana tanah retak terus  menghantui warga seempat.

Pergerakan tanah yang terjadi disaat musim hujan ini telah mengakibatkan 58 rumah warga serta pemakaman umum diwilayah setempat ikut menjadi korban.

“Akibat pergerakan tanah ini retakannya terus  memanjang dan melebar dan ini memang bukan yang pertama kali ini saja”, Kata H. Yayan Kepala Desa Payung Agung saat ditemui, Kamis (24/3/2016).

Menurutnya pergerakan tanah tersebut sebelumnya terjadi pada  awal tahun 2010 dan kembai terjadi pada tahun 2015 lalu.

“Memang sudah berkali-kali terjadi,  namun pada saat kejadian pertama hanya beberapa rumah saja yang menajdi korban dan tidak parah. Dimusim hujan tahun ini kembali  membuat bencana tanah retak kembali terjadi lebih parah”, Ungkapnya.

Dalam catatan pihak Desa, lanjut Yayan, sedikitnya ada empat rumah rusak parah dan sudah ditinggalkan penghuninya, sementara 58 rumah lainnya juga mengalami retak-retak dibagian  bangunanya.

“58 rumah warga  yang menjadi korban tanah retak musim hujan kali ini sebagiannya juga sudah terancam ambruk karena pergerakan tanahnya masih terus terjadi”, Tegasnya.

Sementara itu selain merusak perumahan milik warga,  pergerakan tanah retak ini juga mengakibatkan pemakaman umum yang ada diatas bukit ikut retak dan terbelah  memanjang dengan lebar hingga 25 cm.

Warga khawatir  jika hujan terus menguyur wialyah tersebut,  retakan tanah akan semakin parah dan kini warga dalam bayang-bayang ancaman  terjadinya bencana  longsor.  Sebagian warga sudah ada yang memilih mengungsi saat dimalam hari terutama saat hujan turun karena takut terjadi bencana yang mengancam jiwa mereka.***Dedi Kuswandi 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *