PERISTIWA

Ribuan Santri Garut Peringati Hari Santri Nasional

Hari Santri Nasional
Hari Santri Nasional

Gapura Garut ,- Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tingkat Kabupaten Garut dihadiri lebih dari 10 ribuan santri dari berbagai pondok pesantren se- Kabupaten Garut.

Peringatan hari santri dipusatkan di Alun-alun depan Pendopo dengan pelaksanaan upacara pengibaran bendera merah putih dilanjutkan dengan pembacaan Resolusi Jihad.

Ketua Tanfidziah PCNU  KH. Atjeng Abdul Wahid mengatakan  sejarah hari santri nasional, yang jatuh tanggal 22 Oktober (1945).  Dalam perjalannya  bahwa sejarah para ulama dan santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan sebagai pintu gerbang terbentuknya masyarakat yang adil dan makmur.

“Hari ini, 71 tahun yang lalu, bangsa Indonesia mengalami situasi yang pelik dan hampir saja tidak bisa melepaskan diri dari penjajahan,”Kata KH. Atjeng dalam sambutan HSN tingkat Kabupaten Garut tersebut, Sabtu (22/10/2016).

Menurut KH. Atjeng terjadinya pertempuran tanggal 26 Oktober hingga 9 November 1945 di Surabaya antara rakyat sipil dan tentara sekutu NICA yang menjadi pemicu utamanya adalah “fatwa resolusi jihad” yang kala itu dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945, oleh para ulama dibawah komando KH. Muhammad Hasyim Asy’ary.

“Resolusi jihad adalah perintah lurus dari alim ulama kepada umat Islam di sekitar pulau Jawa, dimana hukumnya adalah wajib membela tanah air. Kewajiban tersebut artinya adalah perintah untuk melawan tentara sekutu (NICA).” Ungkapnya.

Fakta sejarah perlawanan teradap NICA lanjut KH. Atjeng yaitu kaum santri dipimpin para ulama berujung pada pertempuran  sengit inilah yang kemudian dikenal sebagai hari pahlawan 10 November 1945.

“Ketika itu ulama-ulama dari Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya, dipimpin langsung oleh KH. Muhammad Hasyim Asy’ary dan diikuti oleh tokoh-tokoh ulama antara lain, KH, Ahmad Dahlan, KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syansuri, KH. Ahmad Hasan, Kiai Mas Abdurrahman, KH. Abdul Halim dan tokoh-tokoh lainnya,” Tuturnya.

KH. Atjeng menambahkan dalam perjuangan tersebut kaum santri berhasil merobek bendera Merah Putih Biru yang diganti dengan bendera Merah Putih di atas Hotel Oranje Surabaya.

“Dan akhirnya berhasil merebut kembali keadaan kemerdekan dengan kalahnya pasukan NICA. Lebih dari 20.000 santri yang gugur dari peristiwa tersebut,”Paparnya.***TGM

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *