PROFIL

Ceu Popong “Palu” Otje Djunjunan Politisi Perempuan Senior Asal Jawa Barat

Popong Otje Djunjunan (foto detikcom)
Popong Otje Djunjunan (foto detikcom)

Gapura Seleberita,- Nih dia politisi perempuan senior milik partai Golkar asal daerah pemilihan Jawa Barat satu, yang sudah malang melintang didunia politik praktis sejak 1987.

Keluar masuk Senayan menjadi wakil rakyat dirasakan Cue Popong bukanlah hal baru melainkan sejak di era Kekuasaan Presiden Soeharto iklim di Gendung rakyat sudah mendarah gading pada mental politiknya.

Ceu Popong Otje Djundjunan adalah politisi Golkar yang saat ini kembali dilantik duduk di kursi DPR RI untuk periode 2014-2019. Mantan  Komisi X yang membidangi pendidikan pada DPR RI periode 2009-2014 sempat heboh saat menjadi pimpinan sementara DPR RI dalam memimpin sidang menentukan komposisi pimpinan DPR RI hingga terjadi kericuhan. Namun kerena mental dan pengalamannya dalam berpolitik sidang tetap berlangsung dan menghasilkan keputusan susunan pimpinan DPR RI 2014-2019.

Sebelumnya, sosok perempuan lulusan UPI Bandung ini pernah berkecimpung  di dunia pendidikan sebagai guru Bahasa Inggris. Ceu Popong, walaupun kini  sudah tidak muda lagi, dikenal vokal dan bersuara lantang dalam menyampaikan pemikiran-pemikirannya.

Popong sebelumnya, terpilih menjadi anggota DPR lewat Pemilu tahun tahun 2009 mewakili Dapil Jawa Barat I dengan perolehan suara sebanyak 25.260, dan kini kembali terpilih dari dapil yang sama untuk periode berikutnya.

Pada periode 2009-2014, Popong di DPR RI sebagai anggota Komisi X, Popong memiliki kepekaan terhadap fenomena pendidikan yang terjadi di Indonesia, salah satunya adalah masalah UN (Ujian Nasional). Menurut Popong, pemerintah sebaiknya tidak memaksakan UN menjadi satu-satunya standar kelulusan bagi siswa. Di samping melanggar putusan MA, pemaksaan UN juga akan berakibat buruk bagi kualitas pendidikan nasional.

Ia menegaskan bahwa UN bukanlah sesuatu yang buruk sepanjang dilaksanakan dalam situasi yang tepat, dimana standar pendidikan sudah baik. Standar yang dimaksud terkait kualitas guru, sarana-prasarana pendidikan di semua daerah telah setara. Pemikiran seperti Popong ini agaknya sudah mulai menjadi pertimbangan pemerintah mengingat bahwa saat ini kelulusan siswa juga dipengaruhi oleh prestasi sekolah dengan bobot 40%.

Di samping masalah UN, ibu empat anak ini tahun lalu menyoroti penggunaan istilah asing oleh para menteri dan pejabat. Menurutnya, alangkah baiknya jika pejabat eselon satu menggunakan istilah bahasa negeri sendiri ketimbang bahasa Inggris. Ketika ia ditanya mengapa harus memperhatikan hal-hal kecil semacam itu, Popong beralasan bahwa Komisi X adalah Komisi Budaya dan Peradaban sehingga sudah selayaknya orang-orang yang berada di komisi tersebut kritis terhadap hal-hal semacam itu.

Pada tahun 2010 yang lalu, Popong termasuk dalam Panja (Panitia Kerja) yang merumuskan RUU Pramuka. Panja tersebut melakukan lawatan ke beberapa negara seperti Jepang, Afrika Selatan, dan Korea Selatan. Bersama Venna Melinda dari Fraksi Demokrat, Primus Yustisio dari Fraksi PAN, dan banyak anggota lainnya, Popong melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat yang bertanggung jawab atas masalah pendidikan dan kebudayaan. Lawatan ini menjadi satu dari sekian banyak program kerja komisi-komisi di DPR RI yang dinilai menghambur-hamburkan uang negara.

Nah apa yang terjadi kemudian, sehingga nama Ceu Popong mendadak mendunia, ini ceritanya :

Sidang pemilihan ketua DPR yang dipimpin Ceu popong mendadak  ricuh. Sejumlah anggota DPR yang tidak puas dengan kepemimpinan Ceu Popong Otje Djunjunan  berteriak-teriak dan menyerbu mimbar.

“Saya peringatkan, ada aturan kalau peserta itu…,” ujar Ceu Popong terputus karena peserta sudah mulai menaiki podium, Rabu (1/10/2014) malam.

“Ini tidak boleh kesini,” usir Ceu Popong.

Peserta sidang pun memenuhi podium tempat meja pimpinan sidang berada, barisan Pengaman Dalam (Pamdal) menertibkan peserta sidang yang mulai nakal. Saat bersamaan, salah seorang peserta meminta pimpinan sidang mengetuk palu.

“Ketuk palunya pimpinan, ketuk palunya!” teriak salah seorang anggota.

Mendengar teriakan itu, di antara kemelut antara peserta sidang dan pamdal yang tepat berada di depan meja pimpinan Ceu Popong pun menimpali tuntutan itu.

“Mana paluna euweuh (mana palunya hilang-red)?,” teriak Ceu Popong, sontak membuat sebagian peserta sidang tertawa mendapai kelucuan dengan tingkal ceu Popong yang kehilangan palunya. Sidang akhirnya diskorsing.

Ceu Popong pun diamankan pasukan Pamdal DPR yang berjumlah puluhan orang. Mereka membuat pagar betis yang memisahkan Ceu Popong dari para anggota DPR.

Nah, para netizen yang kesal dengan ulah para politikus senayan ini pun ramai-ramai bikin hastag #saveceupopong di twitter. Hastag ini langsung jadi trending topic dunia.

“Milih ketua DPR aja ribut, dasar. #saveceupopong,” kata salah seorang pengguna twitter.

Netizen lain berkicau “Kasian Ceu Popong, harus menghadapi para politikus berkepala kosong. #saveceupopong.

Ceu  adalah panggilan kakak dalam bahasa Sunda. Ceu Popong memang politikus perempuan senior asal Jawa Barat.***TG

Sumber : Merdeka.com, dan berbagai sumber lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *