PROFIL

Film Nasional di Bumi Garut, Karya Tertunda Sang Kreator Yoyo Dasrio “Yodaz”

Yodo Dasrio "Kang Yodaz" foto Irwan Rudiawan
Yodo Dasrio “Kang Yodaz” foto Irwan Rudiawan

Oleh : Irwan Rudiawan

Sebagai putra daerah asli Sunda yang lahir di Tatar Priangan, Yoyo Dasrio, atau lebih akrab disapa Yodaz, pria berperawakan kecil dan berkacamata tebal, kelahiran 23 november itu, kerap kali merasa terenyuh, Sepengetahuannya,  kabupaten Garut merupakan lumbung yang banyak melahirkan aktor dan aktris nasional.

Sebut saja di era 70 an, bintang film senior Alm Arman Efendi, dalam kaca pandanng Kang Yodas kala itu, di hadapan penulis Ia sempat berkelakar, banyak media lokal dan nasional, khususnya media cetak majalah dan surat kabar sekelas kompas misalnya, tidak pernah   mengangkat atau memberitakan daerah asal aktor tersebut.

Kang Yodaz seperti memertanyakan karena selama ini, yang banyak dilansir hanyalah figur keartisanya saja, tanpa pernah mencantumkan nama daerahnya. Menurutnya beralasan itulah Kang Yodaz melancarkan protesnya meski hanyan dalam hati kecilnya. Namun bukan Kang Yodaz jika cuma berpangku tangan dan menerima begitu saja perlakuan terhadap lembur matuh banjar karang pamidangan “Garut” yang senantiasa tersembunyi dibalik gemerlapnya nama-nama kondang diera keemsan Arman Efendi dan yang lainnya.

Ia merasa terpanggil untuk mengangkat tanah kelahirannya kabupaten Garut tercinta baik dalam skala regional Jawa Barat mupun dikancah  Nasional. Uniknya secara jujur Kang Yodaz selalu mengakui jika dirinya sama sekali tidak memiliki latar belakang pendidikan sebagai jurnalis atau pemdidikan setara lainnya, namun bermodal nekat, berbekal keuletan  serta niat dan keteguhan hati, bahwa dirinya dengan kemampuan otodidak dibidang itu selalu berkeyakinan akan mampu merekam sesuatu yang ia lihat dan dengan dengan menulisnya menjadi  sebuah naskah berita bahkan hasilnya ternyata jauh lebih baik dari pada wartawan harian kompas pada masa itu.

Itulah awal mula perjalanan karier wartawan senior yang disegani di Garut ini. Kini kiprahnya lebih cenderung menjadi pengamat musik dan perfilman nasional.Tidak ada satupun peritwa menarik terkait para legenda musik dan film tanah air yang lepas dari komentar serta tulisan yang selalu hadir mewarnai berbagai media yang ada baik cetak maupun on line.

Sosok Kang  Yodaz, berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, diketahui merupakan anak ke enam dari Sembilan bersaudara dari pasangan Alm., E Karsiman dan Alm Rd. SP Saodah  dan terlahir sebagai seorang yang memiliki banyak kemampuan dalam bidang menulis , mulai dari menulis skenario Film, Sandiwara maupun berbagai tulisan berita seni dan hiburan bahkan ketajaman dalam menulis profil calon bintang, baik itu artis film maupun penyanyi selalu kemudian mendapat jawaban menjadi bintang besar dikemudian hari.

Tulisan pertamanya yang menunjukan kelebihan sosok bersahaja ini, Ia pernah mengangkat tentang perjalanan artis senior era  80 an Ellya M Haris atau lebih dikenal dengan Ellya Kadam, dimana  pada tahun 70 an Ellya Kadam sempat manggung di Garut dan Kang Yodaz berhasil melansirnya disebuah majalah terbitan Jogyakarta “Discorina”.

Dari situlah atau tepatnya pada tahun 1972  Yoyo Dasriyo mulai meniti karier sebagai penulis lepas atau Freelance, dan beberapa media ternama pada era itu pernah disambangi dan menjadi tempat tulisannya berlabuh seperti  HU Kompas, HU Suara Karya, Sinar Harapan majalah Violita, HU “Mandala” Bandung, Majalah Sunda “mangle”, Hingga HU “Pikiran Rakyat” Bandung yang hingga kini masih tetap eksis.

Setelah merasa percaya diri, sebagai penulis dan mulai banyak dikenal orang khususnya di kalangan organisasi kewartawan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Garut. Pada tahun 1973 hingga 1978, Yoyo Dasriyo bergabung dengan salah satu majalah musik terbitan Bandung “ActuiL”. Dimajalah Aktuil itulah Kang Yodaz mulai memfokuskan tulisannya tentang perkembangan musik pada masa itu. Selain tergabung sebagai wartawan di majalah musik Aktuil, Kang Yodaz juga tercatat sebagai wartawan HU Suara Karya, dan mencoba untuk merintis tulisannya dibidang yang lain yang bersifat umum, meski diakui Yodas,pada masa itu, dirinya merasa terasing dinegri sendiri.

Dilingkungan birokrasi pemerintah kabupaten Garut, nama Yodaz kala itu masih belum begitu diperhitungkan,  namun dengan kegigihan dan semangatnya, akhirnya Ia mampu beradaptasi dan mencair hingga dikenal diberbagai kalangan dikabupaten Garut.

Perjalanan karier Yoyo Dasriyo di dunia jurnalistik tidak hanya terikat dalam satu penerbitan semata, setelah loyalitasnya yang didedikasikan untuk HU Suara Karya dan bisa bertahan hingga 30 tahun tercatat sejak tahun 1973 hingga 2003, Yoyo Dasriyo juga tercatat sebagai redaktur khusus di majalah Wahana Trans, menjadi kolumnis di SKU lokal “Garut Pos” dan juga di Kompas minggu dari tahun 2004 hingga 2009.

Kini Yoyo Dasriyo yang tinggal disebuah gang sempit di dijalan Mandalagiri, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, masih tercatat sebagai Dewan Redaksi majalah Cermin Harian.

Yodaz menganggap perjalanan karir masa lalunya itu sebagai harta karun yang kembali bisa tergali seiring dengan perkembangan zaman saat ini, tanpa menghilangkan sisi idealisme serta  prinsip prinsip dasar sebagai penulis, Ia telah menggenapkan eksistensinya diberbagai ruang dan kesempatan yang ada baik sebagai pribadi maupun pengurus sejumlah organisasi kemasyarakatan.

Produktifitas Yoyo Dasriyo bukan hanya bergelut dibidang jurnalistik atau kewartawanan semata, namun kecintaan terhadap produk budaya dan  kearifan lokal kabupaten Garut yang sangat tinggi, ternyata telah pula mampu membuktikan melalui karyanya yang cukup gemilang dimana Ia mampu mendongkrak popularitas kabupaten Garut ditingkat nasional melalui buah karyanya sebagai penulis skenario film. Sedikitnya sudah ada 92 buah cerita dan skenario film dan sinetron yang telah ditelurkan oleh sang Kreator bertangan dingin Yoyo Dazrio ini.

Diantara seabreg karyanya tersebut,  yang pernah sempat membumi adalah film berjudul Bendi Keramat, Tragedi Begeundit, Selirih Bisikan Kasih, Impian Pengantin, Gong Tengah Malam, Seorang Perempuan, Siti Hompimpah, Jenjang Kelima, Suara Dari Madinah, Kembang Pesantren, Stasiun Cinta, serta Lain Dulu Lain Sekarang dan masih banyak lagi karya karya yang berhasil memikat para produser film dan sutradara ternama Tanah Air.

Artis, produser dan sutradara  Rano Karno  dengan Karnos filmnya juga sempat kepincut beberapa skenario karya dari Kang Yodaz ini.

Hampir seluruh karya tulisan berupa sekenario besutan Yodaz yang sudah difilmkan  selalu mengkisahkan tentang potensi terkait Historis Garut. Beberapa cerita karya Yodaz juga  pernah diperankan oleh artis nasional sekelas Lidya Kandau dan Aktor Senior yang juga seniman Betawi Jaja Miharja.

Yodaz menilai, disamping kabupaten Garut memiliki keindahan alam dan kekayaan sumber daya alamnya, juga kabupaten Garut memiliki cerita historis dengan  nilai jual untuk lahan bisnis perfilman juga dunia persinetronan tanah air.

Karya terbaru Yodaz saat ini dan  tengah digarapnya adalah sebuah cerita parodi komedi untuk layar lebar  yang berjudul “Layang Layang Putus Benang”. dalam cerita skenario itu dikisahkan pertemuan antara tokoh mitos ceritra yang melegenda seperti tokoh kabayan, dayang sumbi, salah satu tokoh cerita dongeng sangkuriang dan Ciungwanara.

Karya tersebut, sekaligus menjawab kritikan dan tantangan  dari para ahli budayawan dan seniman, yang menilai begitu tandusnya budaya nasional masa kini.

Yoyo Dasriyo yang kini tercatat sebagai Sekertaris DPD (Persatuan Artis Film Indonesia) kabupaten Garut itu, juga memiliki naluri dan insting yang cukup tajam dalam melirik potensi artis lokal Garut yang bisa diorbitkan.  Sederet artis lokal Garut yang berhasil dilambungkan namanya dan sudah menjadi bagian dari artis nasional, sebut saja artis Hana Marlina, Rani Soraya dan Rieke Diah Pitaloka.

Yoyo Dasriyo juga kerap diminta para produser music untuk mencari bakat bakat penyanyi yang memiliki potensi, bukan hanya melulu artis lokal Garut semata, Ia  juga selalu berburu bibit bibit artis yang memiliki nilai jual ke berbagai daerah di Jawa Barat, diantaranya Bandung dan Bogor.

Hasilnya, adalah deretan  artis pop seperti Betharia Sonata yang tak luput dari sentuhan dan pengamatan Yoyo Dasriyo sebelum akhirnya ditangani oleh pencari bakat Deni Sabri.

Sebagai putra asli Garut  yang tidak ingin meupakan lemah cainya sendiri, Yoyo Dasriyo memiliki keinginan atau cita cita memberikan kontribusi terhadap masyarakat  dan Pemerintah Kabupaten Garut. Ia memimpikan suatu kemasan film nasional dibumi Garut untuk mengingatkan jika  Kabupaten Garut memiliki  kakayaan dalam sejarah perfilman nasional.

Namun sayangnya cita cita mulia Kang Yodaz tersebut belum bisa direalisasikan dengan berbagai pertimbangan tekhnis khususnya terkendala oleh masalah anggaran produksi. Tentu saja niat baik Kang Yoyo Dasriyo itu patut kita dukung baik secara moral maupun materil.

Sebagai bentuk apresiasi terhadap karya karyanya yang dinilai cukup fenomenal dan telah mengangkat harkat dan martabat kabupaten Garut, khususnya dibidang seni dan budaya dikancah nasional, seabreg  penghargaanpun  telah berhasil diraihnya.

Berikut rangkaian prestasi yang pernah diraihnya baik Prestasi dibidang jurnalistik maupun  Perfilman: diawali tahun 1973 sebagai penulis puisi terbaik  keagamaan tingklat kabupaten Garut.

Tahun 1981 penerima penghargaan Dasa Warsa HU “Suara Karya”. Tahun 1987 Penerima piala PWI  Jaya  Seksi Film terbaik I “Tentang Kampanye Film Nasional di Festival Film Indonesia (FFI) Jakarta di Bali.

Tahun 1991 penulis features terbaik II di KLW sepriangan di Tasikmalaya. Tahun 2001 penulis Carpon terbaik versi majalah mangle atas judul “Samemeh walimahan”. Tahun 2007 Penulis terbaik I lomba karya tulis “Pengembangan Pariwisata dan Budaya Kabupaten Garut. Tahun 2010 penerima anugerah “Garut Award” bidang penulisan film dan 2011 penulis terbaik “Sigombar” dimajalah sunda midang.***

**Sepenggal kata mutiara yang harus digaris bawahi “Perjalanan Karier Masa lalu itu sebagai harta”…

**Penulis adalah wartawan Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung tinggal di Garut

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *