RAGAM

Ketua MUI Garut: Banjir Bandang Cimanuk Akibat Ulah Manusia

Ketua MUI Ceng Munir berfoto bersama Sekretaris PCNU Deni Ranggajaya di Posko bantuan PCNU Garut, foto Yuyus
Ketua MUI Ceng Munir berfoto bersama Sekretaris PCNU Deni Ranggajaya di Posko bantuan PCNU Garut, foto Yuyus

Gapura Garut ,-Ketua Majlis Ulama Indonesai (MUI) Kabupaten Garut KH. Sirojul Munir menyebutkan bencana banjir bandang yang diakibatkan meluapnya air sungai Cimanuk merupakan balasan dari ulah jahil tangan-tangan manusia.

“Bencana ini adalah bencana nasional, Cimanuk saat ini menggugat, ini adalah hasil tangan jahil manusia, contohnya gunung gundul, gunung Cikuray gundul, gunung Papandayan gundul, sedangkan kedua gunung tersebut adalah hulu dari sungai cimanuk,” demikian pendapat KH Sirojul Munir atau lebih akrab dipanggil Ceng Munir saat ditemui wartawan di Posko Bantuan PCNU Garut, Jl. Pembangunan, Minggu (25/09).

Menurut Ceng Munir, biasanya saat hujan, diantara kedua gunung ini hanya salah satu saja yang hujan. Contoh jika gunung Cikuray hujan, Papandayan tidak hujan, begitu juga sebaliknya. Namun saat malam peristiwa banjir terjadi pada Selasa  (20/9/2016) kedua duanya mendadak hujan dengan curah hujan sangat tinggi. Semuanya masuk ke sungai Cimanuk, sementara sungai Cimanuk kondisinya semakin menyempit. Saat ini di perkampungan, sungai Cimanuk dibuat sawah, di perkotaan dibuat pemukiman.

“Cimanuk harus dinormalisasi mulai dari reboisasi, penanaman sejuta pohon harus dilakukan sebagai upaya konservasi, badan cimanuk harus dilebarkan, besarnya air bah Cimanuk itu sebagai tanda besarnya kerusakan yang terjadi, kalau Cimanuk tidak dilebarkan, ini akan terjadi lagi bencana seperti ini,” ujar Munir.

Kiayi mantan ketua PCNU Garut ini mengatakan, menurut orang tua dulu siklus banjir bandang di Cimanuk ini terjadi 50 tahun sekali. Dulu pernah terjadi, namun dulu korbannya minim karena jarang orang bikin rumah dibantaran sungai, sekarang terutama di perkotaan semakin banyak, sudah saatnya pemerintah harus menertibkan.

“Sulit untuk menyalahkan pihak mana yang salah, saat ini tidak perlu saling menyalahkan,” ujar pimpinan ponpes Urug Bayongbong ini.

Ceng Munir menegaskan, ada fatwa MUI yang menyatakan bahwa pelaku illegal loging (penebangan liar) harus dihukum mati, tapi regulasi UU tidak bisa seperti itu. NU pada tahun 2005 mengeluarkan fatwa pelaku illegal logging pelakunya harus dihukum mati, fatwa itu masih berlaku hingga saat ini. Namun umat Islam kan bukan eksekutor, eksekutornya adalah pemerintah. Ini juga teguran bagi masyarakat bahwa mereka harus sadar, namun fatwa ulama saat ini jarang diikuti oleh masyakarat, ada pergeseran moral,

“Bagaimana manusia jika sudah tidak taat pada ulama, tidak patuh lagi pada fatwa ulama, ini sudah mendekati kehancuran, mudah mudahan kiamat masih jauh.”Tegasnya.

Saat ini lanjut Ceng Munir, pihak PCNU sudah membuka posko bantuan, tepatnya di SMK Maarif jalan Pembangunan, posko tersebut adalah posko yang pertama berdiri, dan langsung bergerak cepat dengan mengkoordinir bantuan yang masuk, serta segera mendistribusikannya ke lokasi yang terkena bencana.

“Untuk masyarakat yang terkena bencana silahkan untuk datang kesini meminta bantuan, tidak usah membawa apa apa, asal laporan saja, nanti tim dari kami memverifikasi, dan saat  itu juga tim akan datang langsung membawa bantuan. Kalau harus memakai persyaratan seperti KTP dan identitas lain kan repot, kasian mereka karena mungkin identitas resmi mereka mungkin hilang karena hanyut terbawa banjir, jadi untuk korban silahkan datang langsung kesini, kami menunggu,”Tuturnya.

Sementara itu di tempat yang sama, Sekretaris PCNU kabupaten Garut, H. Deni Ranggajaya mengatakan bahwa posko yang dibukanya sudah banyak barang bantuan yang ditampung, malah terkesan membludak.

Bantuan datang membludak karena semua lembaga atau instansi telah terkoordinasi sebelumnya, baik yang dilingkungan NU maupun di luar lingkungan NU.

“Untuk yang tergabung di NU, yang masuk di Badan Otonom (Banom) sudah langsung kami intruksikan untuk memberikan bantuan, seperti Anshor, Fatayat, LPPNU, IPNU, IPPNU, ISNU, juga kepada MWC di kecamatan kecamatan,” ujar Deni.

Lembaga NU diluar kabupaten Garut pun turut berpartisipasi memberikan bantuan, baik yang diluar Garut, maupun diluar Provinsi Jawa Barat. Banyak dari PWNU Provinsi lain yang memberi bantuan melalui PCNU Garut.

Menurut Deni saat ini bantuan yang sudah menumpuk ini tinggal menyalurkan saja. Deni berharap bantuan segera terserap dan cepat habis tersalurkan.

“Untuk apa menumpuk di posko kami, karena bantuan ini adalah amanah untuk korban, maka jika cepat tersalurkan itu lebih baik, maka dari itu sebagai pengumuman juga, untuk masyarakat korban silahkan datang kesini langsung, tidak usah membawa identitas apapun, yang penting mereka betuk betul korban,”Tandasnya.***Yuyus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *