RAGAM

Jembatan Rawayan Putus, Warga Gunakan Perahu Karet

Ini suasana dikawasan penyebrangan kampung Patrol pasca jembatan rawayan raib, tersapu banjir, foto dok
Ini suasana dikawasan penyebrangan kampung Patrol pasca jembatan rawayan raib, tersapu banjir, foto dok

Gapura Garut ,-  Banjir bandang Garut juga menyebabkan abrolnya jembatan rawayan penghubung Kampung Patrol, Desa Sukaratu, Kecamatan Banyuresmi dengan sejumlah kampung diwilayah Kecamatan Karangpawitan, Garut seketika membuat akses warga turut    terputus.

Kini warga dibantu petugas terpaksa harus menggunakan jasa perahu karet untuk bisa menyebrang sungai agar dapat  beraktifitas terutama anak anak sekolah pergi belajar.

Seperti yang dialami Lestari (14), siswa kelas 8 SMPN 1 Banyuresmi  terpaksa harus naik perahu karet dengan sabar mengantri terlebih dahulu menunggu giliran petugas mengangkutnya.

Lestari bukanlah satu satunya siswi yang harus menaiki perahu karet untuk menyebrangi Sungai Cimanuk, namun puluhan teman-teman juga harus berebut kesempatan agar dapat pergi kesekolah. 

Sejak jembatam rawayan ambruk para siswa lainnya dari Kampung Cijambe, Desa Sindanglaya, Kecamatan Karangpawitan hanya bisa mengandalkan perahu karet sebagai pengganti sarana penyebrangan.

Sejumlah warga di Kampung Cijambe pun memilih untuk menaiki perahu karet ketimbang harus memutar jalan. Waktu tempuh dan biaya transportasi yang bisa sampai dua kali lipat membuat warga nekat menggunakan perahu karet sebagai jalan pintas.

“Dulu waktu ada jembatan paling 10 menit sudah sampai sekolah. Pas waktu jembatan rusak saya harus mutar jalannya. Bisa sampai 40 menit buat bisa sampai sekolah,” ujar Triana disela menunggu perahu karet, Kamis (28/9/2016).

Lestari mengaku takut jatuh saat melintasi derasnya Sungai Cimanuk memakai perahu karet. Apalagi tak ada pengaman bagi dirinya saat akan menyebrang sungai. Kemarin pagi, tutur lestari air sangat besar. Dua orang penarik perahu pun sempat kewalahan karena besarnya air.

“Satu perahu saja bisa sampai 10 orang. Daripada harus mutar jalan jadi mending naik perahu. Semoga saja jembatannya bisa segera diperbaiki,” ucapnya. 

Menurut Lestari meski jembatan putus usai diterjang banjir ia tetap memaksakan untuk bersekolah. Sedangkan teman sebayanya banyak yang tak bersekolah karena masih khawatir terjadi banjir susulan.

Bukan hanya siswa yang terganggu aktivitasnya. Sejumlah warga di dua kecamatan yang biasa hilir mudik mendadak tersendat. Untuk bisa menyebrang Sungai Cimanuk, warga harus menaiki perahu karet. Sebelum ada perahu, warga harus memutar dan mengeluarkan ongkos ekstra.

Sebelumnya jembatan rawayan yang merupakan bantuan dari Swedia itu dibangun enam tahun lalu. Jembatan tersebut menjadi akses utama warga di dua kecamatan terutama warga di Cijambe. Pasalnya warga lebih memilih pergi ke Banyuresmi karena akses yang lebih dekat.***TGM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *