RAGAM

Memprihatinkan Mushola Nurul Huda Purwakarta Belum Pernah Direnovasi

Ini Kondisi Mushola Nurul Huda Nagari tengah Purwakarta sangat memprihatinkan, foto Alex

Gapura Purwakarta ,- Warga Kampung Karang Anyar Rt 09/10 Kelurahan  Nagri Tengah, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mengeluhkan kondisi Surau atau mushola yang sudah mengalami kerusakan berat di bagian mihrab dan kondisinya semakin memprihatinkan. Padahal keberadaan Surau tersebut menjadi tempat menunaikan ibadah sholat lima  waktu juga tempat mengaji bagi anak-anak juga warga setempat.

Keberadaan bagian  mimbar mushola itu tampak sudah tidak terurus. Selain lantai semen terkelupas, kanan kiri lantai itupun bolong-bolong, bahkan kerap dijadikan tempat bagian persembunyian tikus.

“Alhamdulillah pak, sekarang mah rapih, mungkin tak akan ada tikus lagi disana,” sahut istri pimpinan mushola saat menyuguhi masyarakat yang bergotong royong merapikan mushola, Minggu (23/4/2017).

Mushola bernama Nurul Huda itu didirikan pada tahun 1983 oleh keturunan menak Kaum Jl Kusuma Atmaja kini kondisinya sudah sangat memprihatinkan.

Selain bagian mimbar kerusakan juga terlihat pada bagian langit langit atap mushola dan kaca jendela bolong. Kayu atap mushola pun hancur digerogoti rayap. Dinding mushola retak retak. Tragisnya lagi, keberadaan tempat wudhu sudah rata dengan tanah. Otomatis, mushola tersebut kini tak memiliki tempat wudhu.

“Sejak dibangun 1983, mushola ini belum pernah mengalami perbaikan. Sehingga wajar bila kondisinya reyot,” ungkap Edi, 54, warga setempat.

Pimpinan Mushola Nurul Huda Ustadz Daud Arwani (50) tak menampik dengan keberadaan mushola yang lapuk. Namun sejauh ini Ia mengaku, tak tertarik menggantungkan biaya membangun mushola dengan meminta sumbangan ke pemerintah.

“Lirboyo megah bukan hasil meminta-minta. Kyainya diam. Para dermawan yang terketuk hatinya datang untuk ikut membangun, kyai mempersilahkan. Saya pun ingin begitu,” ungkapnya.

Ustadz Daud berpesan, tugas pemimpin itu bukan hanya mengurusi pembangunan fisik belaka, tetapi lebih mengutamakan pembangunan rohani. “Keberhasilan seorang pemimpin itu mampu membangun mental sehingga melahirkan manusia berakhlakul kharimah,” ujarnya.

Ia mencermati mewabahnya prilaku korup lantaran pemimpin mengabaikan pembangunan mental (rohani). “Mereka lebih mengelu-elukan pembangunan fisik. Tidak sadar, esok lusa akan menghantam ke diri mereka menjadi jiwa jiwa yang keras hati,” tegasnya.

Daud pun menegaskan, andai saja mushola yang ia pimpin sampai ambruk, ia memilih bergeming ketimbang harus mengemis meminta minta sumbangan. “Pikir saya mungkin sampai mushola ini ambruk, saya akan diam,” ujar jebolan Ponpes Lirboyo dan Gontor itu.

Kekukuhan sang ustadz, diamini keponakan dan warganya. Mereka kagum atas kekukuhan ustadznya. “Beliau, ingin keluar dari label ustadz proposal,” ungkap Deni, keponakannya.

Warga lainnya Rudi bahkan membisiki sebenarnya sang ustadz memimpikan sarana untuk wudhu. “Pernah bilang ke saya, dimushola ini teh ingin ada tempat wudhu. Tetapi angan angan itu terbenam,” ujarnya.

Ia menambahkan, sekalipun hanya menambal bagian mushola rusak namun setidaknya nyaman untuk dipakai sholat terlebih akan menghadapi Bulan Suci Ramadhan. “Kedepannya kami akan menggalakan Jumat Bersih (Jumsih) dimushola ini,” pungkasnya.***Alex

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *