RAGAM

Limar, Lampu Hemat Mudah Efektif Karya Putra Garut

Para siswa SMKN2 saat praktek membuat limar, foto Istimewa

Gapura Garut ,- Ironis, ratusan ribu rumah di Kabupaten Garut hingga kini masih belum teraliri listrik, padahal Garut merupakan salah satu daerah  penghasil listrik dari panas bumi.

Sejumlah perusahaan milik negara dan swasta di Garut memanfaatkan panas bumi untuk menghasilkan listrik. Namun masih banyak rumah yang tak mendapat fasilitas listrik yang malah mementingkan mengaliri listrik bagi sejumlah daerah lain di Jawa dan Bali.

Banyak rumah-rumah yang masih gelap gulita dan masih menggunakan cempor atau lampu minyak. Padahal teknologi penerangan di masa kini sudah sangat berkembang. Berangkat dari keprihatinan itu, Ujang Koswara bersama Yayasan Pilar Peradaban bertekad untuk memberi penerangan ke ratusan ribu rumah di Garut.

Ujang Koswara, penemu Limar, menyebut jika dirinya sangat prihatin karena lebih dar 100 ribu warga Garut belum teraliri listrik. Keprihatinannya berawal pada 2008 dari tempat asalnya di Pakenjeng yang belum teraliri listrik.

“Di rumah saya saja dulu, ibu saya masih pakai cempor. Adanya konversi minyak tanah ke gas membuat saya berpikir untuk membuat listrik yang mudah,” ucap Ujang.

Saat ditelusuri, jumlah warga yang senasib dengan ibunya di Jawa Barat mencapai 2,4 juta Kepala Keluarga (KK). Walau data terbaru menyebut berkurang menjadi 1 juta KK.

“Masalah penerangan saja masih kurang. Dampaknya ada dua setelah saya buat Limar. Anak-anak bisa belajar di malam hari dan orang tuanya bisa beraktivitas juga,” ujarnya yang sempat memasang baligo bukan calon Walikota Bandung tersebut.

Adanya Limar, ia berharap tanah kelahirannya bisa bebas dari kegelapan. Ia pun sengaja memberi ilmu yang dimilikinya kepada para siswa SMK. Nantinya ilmu tersebut bisa disalurkan kembali ke warga yang lain hingga membuat warga Garut mendapat fasilitas penerangan.

“Sekolah bisa berdayakan lagi. Ajarkan lagi ke tetangganya. Jika ada kelompok lain yang mau bergabung juga bisa,” katanya.

Dengan Limar, setiap rumah akan mendapat lima lampu yang usianya sangat panjang. Tenaga pembangkitnya berasal dari aki mobil. Aki akan habis dalam waktu satu bulan.

“Nanti tinggal diisi lagi saja. Cukup diisi selama tiga jam sudah cukup untuk satu bulan. Minimal masalah penerangan bisa diselesaikan,” ucapnya.

Bantuan para siswa, tambahnya, sangat diharapkan agar cita-cita Garut terbebas dari gelap bisa segera terwujud. Nantinya ia akan bekerja sama dengan sekolah untuk memproduksi Limar.

Ketua Yayasan Pilar Peradaban, Pradana Aditya Wicaksana, berharap keterampilan yang diberikan bisa membangkitkan gairah wirausaja bagi siswa walau berskala kecil. Kreativitas generasi muda bisa membantu kesulitan yang dialami warga.

“Jika berminat nanti kami ajak mereka untuk bekerja sama. Soalnya sekarang selepas keluar sekolah bingung mau ngapain. Jika ada keterampilan dan kreativitas tak perlu cari kerja,” kata Adit.

Menurutnya, Limar sudah tersebar ke seluruh Indonesia. Namun penerapannya di Garut masih sedikit. Padahal penciptanya merupakan orang Garut asli. Program tersebut akan dilakukan secara masif agar Garut terbebas dari Gelap.

“Walau hal biasa terasa efeknya. Lebih bagus sederhana tapi bermanfaat langsung untuk warga,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah maupun pihak lainnya bisa tergerak dengan langkah yang dilakukan pihaknya. Jangan sampai warga Garut tak bisa menikmati listrik, meski lokasi pembangkit listrik ada di wilayahnya.***JMB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *