RAGAM

Selamat Datang Bupati Lama, Rasa Baru…

Janur M Bagus, Jurnalis Penggiat Informasi Masyarakat Kabupaten Garut, foto dok

Oleh : Janur M Bagus

Kompetisi pada pesta demokrasi lima tahunan dalam rangka suksesi kepemimpinan di Kabupaten Garut, Jawa Barat memang telah berakhir. Pleno penetapan peraih suara terbanyak pada Pilkada Garut oleh KPU setempat menandai berakhirnya hajat yang cukup menguras keringat semua pihak yang terlibat.

Raihan suara pasangan calon Bupati dan wakil Bupati Petahana memang sulit terbendung lagi, raihan 35 persen suara dari daftar Pemilih Tetap Pilkada Garut menunjukan bahwa peforma petahan masih cukup ampuh untuk memecahkan mitos belum ada bupati Garut dua periode hasil pemilihan langsung.

Kejutan yang sebelumnya diharapkan terjadi tampak biasa biasa saja, tiga paslon penantang pasangan petahana harus menyerah pada angka-angka raihan suara yang tidak lebih banyak dari angka yang diperoleh petahana.

Paslon jalur perorangan yang sempat membuat kejutan jagat politik Indonesia pada Pilkada era Aceng Fikri-Diky Chandra, ternyata pada pilkada 2018 ini tidak lagi memberikan kejutan, kecuali suara perorangan yang makin meredup kehilangan pesonanya. Entah karena figur yang muncul lahir dari kalangan biasa-biasa saja atau memang pesona peorangan memang sudah bukan jamannya pada era ini. Perlu survei ahli guna membuktikannya, namun yang jelas memang faktanya independen kini tidak berdaya lagi terutama di Kabupaten Garut.

Kejutan dari paslon petahan Bupati sebelumnya Agus Hamdani juga tidak membuat kejutan bahkan jauh meninggalkan raihan suara signifikan sebagaimana diraih saat putaran kedua Pilkada lima tahun lalu bersama bendera Akur (Agus Hamdani-Abdus Syakur). Kala itu diputaran kedua selisih amat sangat tipis hanya berbeda ribuan suara saja degan pemenang kala itu Bupati Rudy Gunawan-Helmi Budiman yang kini membali mengukir sukses merajai Pilkada Garut.

Sebelumnya kejutan juga diharapkan datang dari Iman Alirahman birokrat senior calon penantang kuat mantan sekda dari beberapa periode Bupati Garut, namun lagi-lagi tak terbukti, tak ada kejutan yang mengejutkan karena raihan suarapun hanya terpait kurang lebih tiga persen saja dari raihan petahana Rudy-Helmi. Ini berarti memang bukan sebuah kejutan karena tidak berhasil mengungguli petahana.

Kondisi tersebut memang menjadi fakta baru bahwa pada dasarnya figuritas saat ini sangat berpengaruh pada kemenangan Pilkada diera milenial ini. Siapa lebih terkenal dan up to date  pada pemandangan warga pemilihnya maka dialah yang akan memenangi perhelatan itu.

Ini memang menjadi sangat menarik ketika sejumlah peneliti di lembaga survei dan konsultan politik jauh-jauh hari sebelum pilkada tiba telah mengigatkan bahwa langkah-langka figuritas menjadi sangat penting untuk memenangi pilkada, selebihnya adalah bagaimana Tim Sukses mampu mengelola isu-isu dari setiap gerak dan langkah para jagoannya.

Pada Pilkada Garut semuanya terbukti, jurus ampuh para tim sukses dalam mendongkarak figuritas calon telah berakhir pada angka raihan suara yang telah kita saksikan bersama, silahkan dievaluasi apa yang salah dan dimana letak kesalahannya tapi jangan menyerah pada takdir, karena semua juga pada hakikatnya adalah menjemput takdir.

Dan akhirnya terlahirlah Bupati lama, rasa baru karena pemanang pilkada adalah petahana. Lama mungkin sosok figurnya, sementara Baru pada sentuhan program kerja dan redesain janji-janji politiknya yang kembali menghujani publik pemilihnya.

Selamat menikmati kemanangan petahana dan selamat  melakukan evaluasi bagi para calon yang belum berhasil menjemput takdirnya sebagai  calon bupati dan wakil bupati terpilih. Ini adalah kompetisi yang selalu menyisakan kekalahan bagi yang kurang maksimal dalam strategi dan kemampuan daya serang. Jangan berputus asa karena masanya kompetisi akan kembai menghampiri pada saatnya nanti. Besiaplah untuk bertemu kembali pada kompetisi berikutnya.

***Penulis Ketua FK-KIM Kabupaten Garut

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *