SENI HIBURAN

Hari Komedi Indonesia 2014 : Nyak Abbas Akup di Balik Kemasyhuran Bing Slamet

Sutradara jempolan film komedi situasi, (alm) Nyak Abbas Akup (kanan) tengah mengintip di balik kamera film, dalam kesibukan syuting film komedi seks “Inem Pelayan Sexy” (1977). Tampak sang “Inem” Doris Callebaut  (kiri). (Istimewa)
Sutradara jempolan film komedi situasi, (alm) Nyak Abbas Akup (kanan) tengah mengintip di balik kamera film, dalam kesibukan syuting film komedi seks “Inem Pelayan Sexy” (1977). Tampak sang “Inem” Doris Callebaut (kiri).
(Istimewa)

Hari Komedi Indonesia 2014 (Bagian 2)

Oleh:  Yoyo Dasriyo

PENGUKUHAN PIiala Bing Slamet untuk kelayakan Film Komedi Terbaik di FFI membuka paradigma baru dalam jaringan film berjenis komedi. Terbukti, tidak setiap tahun industri perfilman negeri ini mampu melahirkan film komedi terbaik.

Seelah FFI 1987 Jakarta-Bali menjajyakan “Kejarlah Daku Kau Kutangkap” karya (alm) Chaerul Umam sebagai film terlaris pemenang Piala Antemas, di FFI 1989 Jakarta, film komedi “Si Kabayan Saba Kota” (H Maman Firmansyah), meraih Piala Bing Slamet.

Namun film terlaris jenis apapun, tidak sembarangan pula untuk meraih Piala Antemas,sejak permberlakuan ketentuan di FFI 1985 Bandung. Bahwa predikat film terlairs, hanya untuk film laris yang terjaring dalam unggulan FFI. Takaran kualitas film, menjadi target yang harus dipenuhi setiap produksi film. Ini terobosan positif FFI dalam peransertanya membangun dan menegakkan harga perwajahan film nasional. Tentu, agar film yang diproduksi tidak lagi memburu kemenangan komersialitas semata.

Pembenahan ketentuan dalam kriteria pemenang Piala Bing Slamet dan Piala Antemas, menjawab juga kesaksian pasar tentang tingginya daya jual sebuah film yang tidak memenangi Piala Antemas, sepetti film komedi slap-stick gaya Warkop DKI, komedi Betawi Benyamin S maupun drama dangdut Rhoma Irama, yang selalu berjaya di bioskop. Tak hanya karena laris, sebuah film bisa lagi beroleh Piala Antemas dengan peringkat Film Terlaris. Terlebih untuk film komedi yang banyak diproduksi asal-asalan, dengan menjual unsur sensualitas.

Berkait pencanangan Hari Komedi Indonesia, yang bertolak dari penanggalan kelahiran (alm) Bing Slamet, jangan lupakan pula nama (alm) Nyak Abbas Akup. Seorang sutradara film kelahiran Malang, 22 April 1932, yang berpredikat sutradara jempolan film nasional jenis komedi situasi. Bertmula dari titian karier sebagai asisten sutradara (alm) Usmar Ismail dalam film “Kafedo” (1953) film pertama Abbas bertajuk “Heboh” (1954), sukses membuat heboh di pasar film. Bahkan banyak filmnya “heboh” dalam percaturan perfilman!

Tahun 1956, film “Djuara 1960” yang membintangkan (alm) Mang Udel, Cepot, dan (alm) Chitra Dewi, tak mengeringkan pujian. Sukses film gaya komedinya menguat dengan “Tiga Buronan” (1957), dibintangi (alm) Bing Slamet, Chitra Dewi, (alm) Bambang Irawan, (alm) Menzano dan Udjang. Di tengah kejayaan film komedinya yang melambungkan nama Bing Slamet, Nyak Abbas mencuat lagi saat membintangkan Achmad Albar kecil, dalam legenda film anak-anak “Djenderal Kantjil” (1957).

Sungguhpun begitu, tidak menyurutkan pamornya dalam perwajahan film jenis komedi, hingga Nyak Abbas Akup berpredikat “sutradara spesialis film komedi”. Dikuatkan lagi dengan film “Mat Dower” (1969) yang mempertaruhkan pelawak (alm) S Bagyo. Guyonan Nyak Abbas yang sarat sengatan kritik sosial, makin mantap di film komedi musikal “Ambisi”. Film yang memuat seabreg bintang kondang, (alm) Bing Slamet, (alm) Fify Young, (alm) Benyamin S, (alm) Deddy Damhudi, Anna Mathovani, Koes Plus, Bimbo serta Pong Hardjatmo itu, berjaya di FFI 1974 Surabaya sebagai “Film Komedi Terbaik”.

Prestasi itu menebus kegagalan pasar film “Catatan Harian Seorang Gadis” (1972), yang tergoda arus film “panas” dengan membintangkan Debby Chintya Dewi, (alm) Aedy Moward dan (alm) Wahab Abdi. Itu wajah lain film Abbas Akup Di film ini, secara filmis lekuk tubuh mulus Debby Chynia tampil tanpa busana membelakangi kamera…. Betapapun, komedi situasi jadi kekuatan film Nyak Abbas. Terbukti sutradara ini kembali mampu menjayakan film “Bing Slamet Koboy Cengeng”, sebagai “Film Komedi Terbaik” FFI 1975 Medan, dan merebut lambang film terlaris.

Puncak sukses Nyak Abbas dicapai dengan film komedi seks “Inem Pelayan Seksi”, peniup kemasyhuran Dorris Callebaut, dan merebut Piala “Antemas” di FFI 1978 Ujungpandang. Sederet film komedi lainnya seperti ”Semua Karena Ginah”, ”Apanya Dong”, “Koboy Sutera Ungu”, “Cintaku di Rumah Susun”, “Kipas-Kipas Cari Angin” serta “Boneka Indiana”, jadi pembenaran bahwa tidak semua film komedi Nyak Abbas memenangi pasar.

Apapun hasilnya, harga yang layak saat Nyak Abbas Akup menerima anugerah khusus di FFI 1991 Jakarta, sebagai “Sutradara yang konsisten membuat film-film komedi berbobot kritik sosial”. Hingga kini, belum lahir lagi sutradara film komedi sekaliber Nyak Abbas Akup. Nama sutradara yang tersembunyi di balik kemasyhuran (alm) Bing Slamet. Sang legenda komedian Indonesia ***

( Selesai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *