SENI HIBURAN

Di Balik “Harapan” dan Pendatang Baru Terbaik, Dari Suzanna Hingga Kejutan Djenar Maesa Ayu

Tuti Kirana, ibunda Djenar Maesa Ayu, sang Sutradara Baru Terbaik FFi 2009 Sebagai pemain, Tuti Kirana pun pernah diunggulkan di FFI 1979 Palembang dari film “Buaya Deli” karya Mochtar Soemodimedjo. (Dokumentasi Yoyo Dasriyo)
Tuti Kirana, ibunda Djenar Maesa Ayu, sang Sutradara Baru Terbaik FFi 2009 Sebagai pemain, Tuti Kirana pun pernah diunggulkan di FFI 1979 Palembang dari film “Buaya Deli” karya Mochtar Soemodimedjo.
(Dokumentasi Yoyo Dasriyo)

Di Balik “Harapan” dan Pendatang Baru Terbaik (Bagian 3)

Oleh : Yoyo Dasriyo

FFI 2008 Bandung jadi peristiwa baru dari duel ketat dua wanita sutradara, Mouly Surya dan Viva Westy. Nama Viva Westy mencuat sebagai sutradara film “May” yang bekisah drama tragedi 13 Mei 1998, hingga mendominasi 11 nominasi Piala Citra. Film “Fiksi”,dan “May” dipersaingkan pula dalam kategori film secara utuh terbaik FFI 2008: di antara film “3 Doa 3 Cinta”, “Claudia/ Jasmine”,dan “Under The Tree” Karya Mouly Surya dan Viva Westi pun bersaing peringkat Sutradara Terbaik dengan Garin Nugroho (“Under The Tree”), Rachmania Arunita (“Lost In Love”), dan Upi (“Radit & Jani”).

Kedua film karya wanita itu pun, mengantar Donny Alamsyah dan Yama Carlos, berebut predikat Aktor Terbaik bersama Aming (“Doa Yang Mengancam”) Nicholas Saputra (“3 Doa 3 Cinta”),dan Vino G Bastian (“Radit & Jani”).. Untuk unggulan Aktris Terbaik, film “Fiksi” dan May” menjaringkan Ladya Cheryl dan Jenny Chang bersaing dengan Ayu Laksmi (“Under The Tree”), Fahrani (Radit & Jani”),serta Pevita Pearce (“Lost In Love”)

Bukan main! Film “May” pun mampu menjaringkan Tio Pakusadewo dan Tutie Kirana dalam nominasi Aktor/Aktris Pendukung Tebaik bersama Dwi Sasono (“Otomatis Romantis”). Lukman Sardi (“Kawin Kontrak”), Oka Antara (“Ayat-Ayat Cinta”), Yoga Pratama (“3 Doa 3 Cinta”), Aryani KW (“Under The Tree”), Ira Maya Sopha (“Claudia/Jasmine”,), Poppy Sovia (“The Butterflly”) serta Tizza Radia (“Claudia/Jasmine”).

Tragis, “May” pemborong 11 nominasi Piala Citra itu hanya memetik Piala Citra untuk Ical Tandjung (Penata Kamera Terbaik) dan Satriomo Budiono (Penata Suara Terbaik). Tetapi, itu bukan peristiwa baru! Banyak kenyataan dari film pemborong nominasi FFI, yang rentan tersapu kenyataan lain. “May” senasib “Semua Sayang Kamu” (“Cipluk”) karya Ida Farida yang menderetkan nominasi di FFI 1989 Jakarta, termasuk ungulan sutradara, penulisan skenario, aktor dan aktris terbaik (Eeng Saptahadi dan Neno Warisman) yang hanya menjayakan Ida Farida (penulis skenario terbaik).

Tetapi pengakuan Ida Farida kepada saya, kemenangan itu bernilai mahal, karena filmnya bersaing ketat dengan “Pacar Ketinggalan Kereta” karya (alm) Teguh Karya, sang “maestro” perfilman. Sebelum era 2000-an,film karya wanita yang berdaya-saing sepanjang FFI, baru sebatas Ida Farida. Film lainnya yang bertajuk “Busana Dalam Mimpi” menjaringkan nama (alm) Marlia Hardi ke nominasi Aktris Terbaik FFI 1981 Surabaya. Film Ida Farida pula. “Perawan-Perawan” (1983), membidani kelahiran “meteor” Bandung, Meriam Bellina.

Kebanggaan atas kejutan pertama duel ketat film karya wanita di FFI 2008, sayangnya tidak didukung kebijakan dewan juri. Agaknya harga yang layak, jika film “May” pendominasi nominasi Piala Citra, berbuah penghargaan “Sutradara Harapan”,untuk Viva Westy. Dewan juri tidak juga memilih predikat “Sutradara Baru Terbaik” untuk Mouly Surya. Justru sang sutradara pendatang ini bergelar permanen “Suradara Terbaik”.

Pemberian gelar “Sutradara Baru Terbaik” FFI 2009 untuk Djenar Maesa Ayu, barangkali pembenahan sikap dari dewan juri festival. Apapun keputusannya, tak memadamkan kelahiran baru wanita sutradara lainnya. Lagi-lagi kejutan pun tergelar, saat film karya Lola Amaria “Minggu Pagi di Victoria Park” terjaring nomimasi Film Terbaik FFI 2010 Jakarta, di antara film “2 Hati 3 Dunia 1 Cinta” (Benni Setiawan),”“7 Hati 7 Cinta 7 Wanita” (Robby E Soediskam), “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” (Deddy Mizwar), “I Know What You Did on Facebook” (Awi Suryadi), “Hari Untuk Amanda” (Angga Dwimas Sasongko), ““Cinta 2 Hati” (Benni Setiawan), ““Heart Break.Com” ”(Affandy Abdul Rachman),““Red Cobek” (Upi), dan “Sehidup (Tak) Semati” (Iqbal Rais).

Kompetisi film terbaik dimenangi Deddy Mizwar. Film karya Lola Amaria hanya memetik Piala Citra untuk Editor Terbaik (Aline Jusria). Tetapi film karya wanita masih berbicara di FFI 2011. Kali ini, Kamila Andini dengan film ‘Mirror Never Lies’, membayangi kemenangan Ifa Isfansyah sang Sutradara Terbaik dari film ‘Sang Penari’, dan dipersaingkan pula dengan Benni Setiawan (‘Masih Bukan Cinta Biasa’), Hanung Bramantyo ( ‘?’), dan ‘Tendangan dari Langit’ ***

(Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *