SENI HIBURAN

5 Tahun DPC PARFI Garut: Mahalnya Perjuangan, Beratnya Tantangan

Keterangan Foto: POTRET kenangan kebersamaan insan DPC PARFI Garut di Tugu Juang Selaawi, Garut, selepas peringatan Hari Film Nasional 30 Maret 2010, dengan mengenang jejak kejuangan akris film legendaris (alm) Hj Sofia WD di Selaawi, Garut.  (Foto: Humas PARFI Korda Garut)
Keterangan Foto:
POTRET kenangan kebersamaan insan DPC PARFI Garut di Tugu Juang Selaawi, Garut, selepas peringatan Hari Film Nasional 30 Maret 2010, dengan mengenang jejak kejuangan akris film legendaris (alm) Hj Sofia WD di Selaawi, Garut.
(Foto: Humas PARFI Korda Garut)

5 Tahun DPC PARFI Garut: Bagian (2)

Oleh: Yoyo Dasriyo

GARUT layak berbangga. Sosok Diky Chandra yang berangkat dari dunia entertainment, turut menggiring kalangan pembuat film dan sinetron untuk berlokasi syuting di Garut. Dalam kapasitas Wakil Bupati Garut saat itu, komitmen Diky Chandra ditunjukkan hanya siap kembali berman film dan sinetron, sepanjang syutingnya di daerah Garut.

Diky yang tampil memikat di film “Kiamat Sudah Dekat”, lalu muncul dalam sinetron “Napas Kehidupan”, film “Safana” serta “Kabayan Jadi Milyuner” yang berlatar alam Garut. Sejarah perflman nasional di Garut yang sekian lama mengering dari ingatan banyak orang, kembali terusik dengan tim film “Safana” (2010) karya Hornady Setiawan, yang memusatkan keseluruhan lokasi syutingnya di pantai Rancabuaya, 160 km ke arah selatan kota Garut.

Itu kejutan besar dalam historis film di Garut, setelah 22 tahun selepas film “Bendi Keramat”, Garut sunyi dari kegiatan syuting film nasional. Wajah film “Safana” lalu jadi film kedua setelah “Dikejar Dosa” (1974), yang lokasi syutingnya berpusat di Garut. Sangat realistis, pihak Konsorsium Gerakan Rela Untuk Mereka, PARFI Garut dan Zema Management Jakarta, sepakat menganugerahkan Parfi Award Korda Garut 2010 untuk “CinePro” pembuat film “Safana”.

Film yang membintangkan Salma Paramitha, Ikranagara, Kinaryosih dan Ridho Slank itu, melibatkan banyak pula anggota PARFI Garut. Gairah film dan sinetron di Garut, menghangatkan keberadaan DPC PARFI. Terdukung lagi dengan sejumlah produksi sinetron dan FTV, yang kembali mengalir ke Garut. Sebut saja sinetron seperti “Napas Kehidupan”, “Cinta Tak Selegit Dodol”, “Bisik-Bisik Cinta”, “Gara-Gara Nyasar Ketemu Pacar”, “Susuk Barbie”, “Si Mamat Anak Pasar Jangkrik”, “Legenda Cangkuang”, “Masjid Aljinni”, serta film “Kabayan Jadi Milyuner”.

Tak sampai di situ, tahun 2011.tergelar peristiwa langka sepanjang kegiatan film di Garut. Dalam waktu hampir bersamaan, 5 buah FTV dibuat di seputar daerah ini, bermula dari “Kerudung Cinta Raja Dogar”, “Obat Cinta”, “Love is Bland”, “Cinta Mentok di Body” dan FTV “Stasiun Cinta”, yang diperani Ayu Pratiwi dan Reza Pahlevi. “Sudah saatnya riwayat perfilman di Garut, dijadikan bagian dari kesejarahan daerah” harap H Ato Hermanto.

Gagasan DPC PARFI Garut pula, yang memusatkan peringatan Hari Film Nasional (30 Maret) di Tugu Juang Selaawi. Sebuah daerah utara Garut, yang pernah dijadikan kawasan gerilya aktris film legendaris (alm) Sofia WD (1947). Pamor PARFI Garut secepat itu terpandang. Namun lembaga artis film Garut yang semula dinilai prospektif itu, sekian lama tenggelam dari percaturan.  Laju organisasi keartisan film daerah ini tertindih petaka.

Kondisi memilukan bermula dari pengunduran Rani Permata, sebelum akhir masa jabatannya sebagai Ketua PARFI Korda Garut (2011), saat suaminya R Diky Chandanegara lengser dari jabatan Wakil Bupati Garut. Gairah semua anggota PARFI Garut, mendadak padam. Direntang waktu singkat, penasehat PARFI Garut, aktor film H Arman Effendy tutup usia. Petaka itu berlanjut dengan pengunduran H Cheppy Effendy, dari jabatan bendahara.

Belum seratus hari sepeninggal H Arman Effendy, penerus pimpinan PARFI Garut H Akin Sutarmin berpulang ke alam baqa. Kemelut membalut wajah organisasi profesi keartisan itu. DPC PARFI Garut senasib bunga yang layu sebelum berkembang…  Semua rintangan itu membadai, sebelum PARFI Garut menempati sekretariat, berikut kelengkapan fasilitasnya. Karenanya, 30 November hanya penanggalan yang berlalu begitu saja.

Padahal, di balik penanggalan itu, tersimpan momentum penting bagi citra dan legalitas pengakuan insan perfilman daerah, yang pernah sekian lama diperjuangkan untuk penegakan historis Garut dalam perfilman nasional. Tak seorang pun insan film Garut menduga, momentum 30 November lima tahun kemudian  jadi kisah sedih yang memilukan. Perjuangan mahal untuk membangun DPC PARFI Garut, dipersaingkan dengan beratnya tantangan untuk eksis. ***

( Habis )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *