SENI HIBURAN

Jenny Rachman, Sang “Bunga” Dari Palembang

Keterangan foto: Pesona akting Jenny Rachman dalam film klasik “Doea Tanda Mata” karya (alm) Teguh Karya. Reputasinya mencuat berawal dari peran :Bunga” dalam film “Binalnya Anak Muda”, yang menghangatkan FFI 1979 Palembang. (Foto Dokumentasi)
Keterangan foto:
Pesona akting Jenny Rachman dalam film klasik “Doea Tanda Mata” karya (alm) Teguh Karya. Reputasinya mencuat berawal dari peran :Bunga” dalam film “Binalnya Anak Muda”, yang menghangatkan FFI 1979 Palembang.
(Foto Dokumentasi)

Oleh: Yoyo Dasriyo

PALEMBANG sebagai pribumi FFI 2014, membingkai historis tersendiri bagi aktris Hj Jenny Rachman. Ketajaman reputasi pelakon film berpenampilan klasik ini, menghentak tahun 1979. jelang pergelaran FFI di Palembang. Sutradara apik (alm) Teguh Karya, tertarik bertaruh kekuatan akting Jenny Rachman dalam film “November 1828”, untuk rebutan Piala Citra. Memang Jenny tersisih kemenangan Christine Hakim sebagai Aktris Terbaik dari film “Pengemis dan Tukang Becak” karya (alm) Wim Umboh.

Tetapi film “Binalnya Anak Muda” (Ismail Soebardjo), melapis peluang lain Jenny Rachman di FFI 1979. Perhtungan yang menjanjikan kejutan sukses,  tercermin dalam jaringan nominasi Aktris Terbaik yang menempatkan Jenny Rachman, Mutiara Sani (“Kemelut Hidup”), (alm) Suzanna (“Pulau Cinta”) dan Tutty Kirana (“Buaya Deli”). Mereka membayangi Chrstine Hakim! Kenyataan itu pembenaran tentang Jenny Rachman, bukan sekedar bintang laris dalam banyak film mendebarkan dada…

Sang pemeran “Bunga” yang menggemaskan di film “Binalnya Anak Muda” ini, lalu berpredikat Aktris Terbaik II FFI 1979. “Bunga” seolah begitu cepat mekar dan mengembang. Padahal, karier film Jenny dikayuh dari sejumlah peran kecil, sejak film “Jimat Benyamin” (alm. Bay Isbahi). Film “Ita Si Anak Pungut“ (Franky Rorimpandey), mengantarnya sebagai pemeran pembantu, hingga berperan utama dalam film “Suzanna”.

Artis kelahiran Jakarta, 18 Januari 1959, lalu membintang di film “Rahasia Gadis”, “Rama Superman”, “Secercah Senyum” dan “Kugapai Cintamu”. Reputasinya makin menajam, sejak sukses pasar film “Semau Gue” (Arizal), serta dua film karya Matnoor Tindaon, “Akibat Pergaulan Bebas” dan “Akibat Godaan”. Kehadiran Jenny Rachman yang semula dianggap biasa-biasa saja, kian berdaya jual tinggi.

Kelincahan aktingnya di film bertema remaja, didukung totalitas keberanian beradegan panas, sangat mendukung lejitan reputasinya. Proses panjang kariernya yang pernah malang-melintang pun, tersapu kejayaan gemilang. Bahkan, semasa suhu panas memanggang iklim produksi film nasional, Jenny terjaring ke peringkat bintang laris berkelas “the big five” bersama Yatie Ocavia, Doris Callebaut. Roy Marten, dan Robby Sugara

Namun Jenny mampu memutar baling-baling kariernya, hingga tampil dalam film-film berharga pujian. Jenny Rachman beruntung! Banyak film apik yang membuka peluang berperan tantangan, dalam menakar kesungguhan dan kekuatan aktingnya. Dalam arahan sutradara besar (alm) Drs Syumanjaya,  sukses film “Kabut Sutera Ungu” mendongkrak pamor Jenny Rachman sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik di FFI 1980 Semarang. sekaligus Aktris Terbaik FFA (Festival Film Asia).

Unik, sukses Jenny Rachman di FFI 1980, saat dewan juri memvons Tidak Ada Aktor Terbaik. Waktu itu hanya muncul Aktor/Aktris Pendukung Utama Terbaik untuk (alm) Hasan Sanusi dan Christine Sukandar dari film “Rembulan dan Matahari” (Slamet Raharjo). Sang “Bunga” yang menandai prestasi terpandang di FFI 1979 Palembang, memang tak menambatkan kemasyhurannya pada sebutan bintang spesialis, dalam film beraroma seks.

Keapikan akting Jenny Rachman makin diperhitungkan. Sukses ber-Piala Citra pun berulang di FFI 1982 Jakarta. Film “Gadis Maraton” karya (alm) Chaerul Umam, menjayakannya sebagai Aktris Terbaik,  membarengi Aktor Terbaik Zainal Aibidin dari film “Puteri Seorang Jenderal” (Wim Umboh). Artis film in membuktikan potensinya, sebagai figur bintang bercitra festival. Saat itu, reputasi Jenny membayangi Christine Hakim, yang baru meraih tiga Piala Citra.

Tetapi di tengah tingginya suhu industri film dan sinetron, pamor Jenny Rachman terlupakan. Barisan aktris kekinian pun kurang akrab lagi dengan nama besar, yang pernah dicapai mantan Ketua Umum PB PARFI ini dalam kejayaan perfilman nasional era 1970-an. Terlebih, karena Jenny Rachman pernah menghilang dari kancah percaturan keartisan film nasional. Apapun kenyataannya, reputasi gemilang Jenny Rachman sebagai aktris film pujian, terbingkai dalam sejarah perfilman negeri ini ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *