SENI HIBURAN

FFI Palembang : Sukses Pencitraan Chitra Dewi

02 chitra

Bagian (2)

Oleh: Yoyo Dasriyo

KESENJAAN usia yang kian larut semasa hidupnya, tidak menyurutkan daya saing (alm) Chitra Dewi sebagai pelakon film. Kemenangan sebagai Aktris Pendukung Utama Terbaik di FFI 1979, jadi pengakuan atas kekuatan aktingnya. Itupun tanpa mengecilkan kejelian dan peranan sutradara kampiun (alm) Wahyu Sihombing, yang dikenal dengan kekerasannya, dalam menangani Chitra Dewi berlaga di film “Guna-Guna Isteri Muda”.

Paduan dua kekuatan itu, berbuah pengakuan prestasi gemilang bagi primadona perfilman nasional masa lampau. Chitra Dewi mampu membuktikan dirinya bukan hanya bintang di pasar film, namun juga aktris film yang pantas diacungi jempol! Peluang berperan tantangan untuk pemain seusia Chitra Dewi, memang langka. Karenanya, film “Guna-Guna Isteri Muda” membuka keberuntungan bagi aktris film kampiun ini.

Di balik kemenangan Chitra Dewi di FFI 1979 Palembang, bermakna tingginya martabat Piala Citra sebagai lambang prestasi bergengsi. Sukses itu penegasan tentang Piala Citra dari sebuah aksi pemeranan di depan kamera film,yang tak hanya membutuhkan dedikasi, jam terbang maupun kesungguhan. Namun peluang berperan karakter tantangan, yang terpenuhi dengan kapasitas akting pelakonnya, jadi bagian persoalan penting lain.

Penajaman kriteria penilaian pun memungkinkan lebih kental, di tengah ketatnya tingkat persaingan kekinian. Chitra Dewi lolos dari jaringan itu. Ibu tiga anak (alm Dodi Erwanto, Bambang Semaun, dan Agus Erwin) ini, pernah tampil sebagai wanita sutradara film ketiga di Indonesia, sepeninggal (alm) Ratna Asmara dan (alm) Sofia WD. Serampung memproduksi film “Samiun Dan Dasima” garapan (alm) Ch Hasmanan, Chitra Dewi hadir sebagai sutradara film laga “Penunggang Kuda Dari Cimande” (1970).

Dua film lainnya, “Bertjinta Dalam Gelap” dan “Dara-Dara”, jadi karya spekulatif dari keberanian Chitra Dewi, karena digarap bersamaan dengan membintangkan (alm) Rachmat Kartolo dan Renny Asmara.. Benar, , film yang dibuat Chitra Dewi hanya melayani selera pasar. Film “Penunggang Kuda Dari Tjimande” yang membintangkan puteranya, Agus Erwin, dihadirkan di musim film menjual tema persilatan dan banjir darah. Dua film lainnya digarap dalam iklim pasar film, yang berlumurkan percumbuan asmara.

Terlepas dari persoalan kwalitas, keiga film itu membukukan keberanian Chitra Dewi sebagai wanita sutradara film. Aktris ini lalu kembali berladang sebagai pemain! Pesona klasiknya mewarnai lagi perwajahan film nasional, seperti di film “Bunga Roos Dari Tjiikembang”, “Ateng Bikin Pusing”, “Duo Kribo”, “Gara-Gara Isteri Muda”, “Kemelut Hidup”, “Rahasia Seorang Ibu”, “Semau Gue”, “Terminal Cinta”, “Yoan”, serta film serial dangdut Rhoma Irama.

Dalam industri sinetron yang digelutinya sejak kejayaan TVRI Pusat, akting akris film legendaris ini menuai gelar Aktris Pendukung Utama Terbaik (sinetron “Potret Keluarga”) di Festival Sinetron Indonesia (FSI) 1994. Chitra Dewi, isteri (alm) LJN Hoffman – sepeninggal (alm) Lettu CPM Rd. L. Semaun, abadi dalam kenangan panjang para pemujanya. Seorang primadona, yang pernah mewangi bagai bunga, di taman perfilman nasional.

Jelang penganugerahan Piala Citra utama Film Terbaik di puncak FFI 2014 Palembang, nanti malam, dipastikan tembang klasik “Citra” karya (alm) Cornel Simanjuntak/(alm) Usmar Ismail, mentradisi berkumandang dengan aroma seriosa, Lagu “Citra” dibuat untuk thema-song film “Bayangan di Waktu Fadjar” (Usmar Ismail), namun seakan mengental dalam senandung ekspresi pemujaan penonton film atas kharisma Chitra Dewi.

Harga yang pantas, saat setahun sebelum kepergian abadinya, panitia Festival Film Bandung (FFB) 2007 menganugerahkan “Lifetime Achievement Award” untuk Chitra Dewi. Figur insan film ini terkesan klasik laksana bayangan. ”Citra, engkaulah bayangan/Waktu Shubuh mendatang/Citra, kau gelisah malam/ Dalam kabut suram….” begitu sebagian ungkapan syair lagu “Citra”. Memang, Chitra Dewi abadi dalam bayang kenangan. Bagian akhir tembang lawas itu mengalun lirih: “Citra…, kau bayang abadi/ Dalam kabut fajar..” ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *