SENI HIBURAN

Peringatan Kelahiran Nike Ardilla : Ketika Sepatu Hilang di Kebon Tiwu

Yoyo Dasriyo dan (alm) Nike Ardilla (1987). Diam-diam belia rupawan itu pun mengenakan pakaian warna muda. (Foto: Dokumentasi Yodaz)
Yoyo Dasriyo dan (alm) Nike Ardilla (1987). Diam-diam belia rupawan itu pun mengenakan pakaian warna muda. (Foto: Dokumentasi Yodaz)

Peringatan Kelahiran Nike Ardilla : Bagian 5

Oleh Yoyo Dasriyo

Ny Ningsihrat Kusnadi muncul ke ruangan tamu, sambil mencibir. “Adaaat…! Biasa Si Eneng mah tiap ketemu teh, pasti we rame..” katanya. Nike cepat berkelit ke balik badan ibunya. Dalam rutinitas kunjungan ke rumah Nike, saya pun selalu saja “terperangkap”! Ulah nakal sang gadis, membuat niat singgah sebentar terpaksa jadi bermalam. Waktu itu saya biasa mampir, sebelum memburu kantor perwakilan koran harian terbitan Jakarta di Bandung. Tanpa saya tahu, sepasang sepatu atau tas kecil berisi kamera, tidak ada di tempat semula.

Memang itu kreasi Nike. Entah disembunyikan di mana! Apa boleh buat, terpaksa harus menunggu sang gadis, yang pulang les sore. Karenanya, setiap singgah di rumahnya, saya mengawasi “keamanan” sepatu dan tas. Namun, aksi “nakal” bintang kondang itu, selalu luput dari intipan. Berulangkali, sepatu saya “disandera”…Sungguhpun begitu, aksi “nakal” bintang kondang itu selalu luput dari pantauan. Berulangkali pula sepatu saya “disandera” Nike! Itu dilakukannya agar tamunya tinggal lebih lama.

Di lain kesempatan, barang yang dipindahkan tanpa izin itu, diperankan sebagai jaminan agar saya kembali singgah ke rumahnya, selepas urusan kantor. Lelucon keseharian Nike itu pembenaran, tentang ketenarannya yang tak menyusutkan kedekatan. Sepanjang ingatan saya, tercatat duakali peristiwa “aksi jahil” Nike Ardilla di Tasikmalaya, yang sempat mengejutkan. Memang di luar Bandung dan Garut, saya bersama sejumlah pendatang binaan (alm) Denny Sabri, seringkali memburu dan bermalam di Tasikmalaya.

Tak hanya berkait pergelaran pentas musik rock. Justru, karena Denny Sabri menaruh perhatian besar untuk sukses pengorbitan Cut Irna, yang berdomisili di kota itu. Suatu sore selepas makan bersama di sebuah rumah makan, Nike dan Cut Irna yang sangat intim itu terburu-buru meninggalkan tempat. Tanpa curiga, saya membiarkan kedua gadis itu berlalu. Tetapi saat mau beranjak dari rumah makan itu, baru ketahuan kalau sebelah sandal selop saya hilang dari kolong meja. Boleh jadi, waktu semua orang asyik melahap makanan,

Nike melihat selop saya dilepas. Diam-diam kaki jenjang sang gadis, menyambar selop itu…Seketika saya sibuk sendiri. Terburu-buru mencari sebelah selop di sekitar kolong-kolong meja makan. Sekilas tampak di batas pintu rumah makan, “Neng Geulis” itu tertawa cekikikan, sambil mengacungkan sebelah selop. Nike cepat berlari, dan masuk ke dalam mobil. Banyak orang lain yang melihat lelucon itu pun tertawa. Apa boleh buat, terpaksa saya harus ke luar dari rumah makan itu dengan kaki telanjang. Tanpa alas kaki, saya berjalan menjinjing sebelah sandal selop.

Para pelayan dan pengunjung rumah makan tertawa kecil. Denny Sabri yang masih berada di depan kasir tersipu-sipu. Saat sang pelaku “kenakalan” tertangkap di dalam mobil, saya menghukumnya dengan cubitan kecil! Lucu, justru Nike balik menyerang berkepanjangan. Sambil tertawa ceria, pukulan gadis itu menghujani saya. “Carry Furtura” yang berwarna silver – mobil operasional Denny Sabri itu terus melaju. Suasana penumpangnya bergelak-tawa. Kejutan peristiwa kedua, tergelar suatu malam di kesepian Jl Kebon Tiwu.

Mobil yang dikemudikan Denny Sabri mengantar saya, menjumpai Nila Karlina, artis pendatang dari Tasikmalaya. Perjalanan malam itu membawa Nike didampingi ibunya, berikut Cut Irna, dan Evy Sopha. Saya dijanjikan dijemput lagi ke Bandung, sepulang mereka dari Ciamis. Tentu rentang waktu itu, menjanjikan peluang panjang dalam perjumpaan dengan Nila Karlina. Tapi di luar perhitungan. Belum juga sempat meneguk minuman, terdengar bunyi klakson mobil di depan rumah itu. Di ruangan tamu, saya, Nila dan ibunya keheranan.

Muncul kemudian Nike Ardilla berdua Cut Irna, Mereka meminta saya, untuk segera berangkat ke Bandung. Saya terbengong. Kedua gadis belia itu bergegas balik lagi memburu mobil. Dalam ketergesaan, saya pun bermohon maaf dan pamit dari rumah artis itu. Namun seketika saya dibuat kelabakan! Sepasang sepatu yang dilepas di teras rumah Nila Karlina, tidak ditemukan di tempat semula… Saya tersentak. Dalam kekagetan di keremangan lampu malam, Nila Karlina dan ibunya mendadak pula sibuk mencarikan sepatu.***
(Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *