SENI HIBURAN

Perfilman Nasional Dalam Peringatan Hari Jadi Garut

Mantan aktris film terpandang Nurbany Yusuf, yang pernah menghangatkan kelahiran film “Panggilan Tanah Sutji” di Garut (1961). Film ini memuat tema keagamaan, yang didukung aktor aktirs kenamaan pada masanya. (Dokumentasi Yodaz)
Mantan aktris film terpandang Nurbany Yusuf, yang pernah menghangatkan kelahiran film “Panggilan Tanah Sutji” di Garut (1961). Film ini memuat tema keagamaan, yang didukung aktor aktirs kenamaan pada masanya.
(Dokumentasi Yodaz)

Bagian: (1)

Oleh: Yoyo Dasriyo

Kelangsungan industri perfilman nasional, merupakan bagian dari kesejarahan daerah Kabupaten Garut. “Sudah saatnya, perfilman di negeri ini, yang serigkali terlupakan, tercakup dalam tuturan sejarah Garut!” begitu pernah diungkapkan H Ato Hermanto, tokoh pengusaha Garut dalam suasana peringatan “Dua Abad Garut”. Bisa dipahami, karena Garut memiliki historis panjang dalam riwayat perjalanan dunia film indonesia.

Karenanya keberadaan DPC Parfi (Persatuan Artis Film Indonesia) Garut, layak mendapat dukungan pemerintah setempat untuk mampu eksis berkarya dan berprestasi. Bahkan menurut Eka Gandara Wk, penasehat DPP Parfi, pendirian Parfi di Garut merupakan harga yang pantas. Kalangan tokoh perfilman pun memaknai kesiapan Hj Diah K Rudy Gunawan isteri Bupati Garut menjadi Ketua DPC Parfi yang baru, sebagai wujud kepedulian pimpinan daerah dalam mendorong kehidupan Parfi di Garut.

H Ferdy Ferdiansyah anggota DPR-RI yang membidangi dunia perfilman, menguatkan bahwa fakta sejarah tentang keterlibatan Garut dalam perfilman, ditandai selepas Bandung membuat film pertama “Loetoeng Kasaroeng” (1926) karya G. Krugers dan L Heuveldorp. ‘”Garut tidak ketinggalan! Waktu itu di Garut pun dibuat film ‘Toekang Sado’” ungkap Ferdy dalam kunjungannya ke Garut. Kecuali dikenal sebagai daerah tujuan lokasi syuting film, Garut banyak melahirkan sejumlah insan film dan sinetron, yang sukses membintang.

Karakteristik pesona alam Garut menjadi magnetis tersendiri dalam industri film di negeri ini, terdukung dengan keragaman panorama alam kepariwisataannya. Dari Garut pula, lahir kemudian (alm) R Husen – jurukamera film kenamaan semasa kejayaan NV “Perfini” pimpinan (alm) H Usmar Ismail. Film populernya tercatat “Harimau Tjampa” karya (alm) D Djayakusumah (1957). Dalam era 1970-an, R Husen jadi penata kamera ilm “Ibu Sejati” karya Fritz G Schadt.

Pak Husen itu tulen orang Garut. Kampung halamannya di Cimasuk” begitu kesaksian yang pernah ditegaskan (alm) H Arman Effendy. Daya pikat Garut melatari film layar lebar, termasuk film “Panggilan Tanah Sutji” (“Tauchid”) karya (alm) Drs H Asrul Sani (1961). Film berwajah religi itu, membintangkan aktor kondang (alm) H Ismed M Noor, Nurbani Yusuf, (alm) Aedy Moward, (alm) Mansyursah serta (alm) Marlia Hardi.

Jelang lejitan film “Toha Pahlawan Banudng Selatan” (1962), reputasi Ismed M Noor mencuat bersama kemasyhuran film “Pedjoang”. Film “Panggilan Tanah Sutji” pula yang jadi historis bagi karier (alm) H Arman Effendy saat tampil sebagai figuran, sebelum Usmar Ismal membuka peluang berperan pembantu utama pria di film “Anak-Anak Revolusi” (1964) bersama (alm) Soekanro M Noor, (alm) Wahab Abdi dan (alm) Rita Zahara.

Kehadiran Nurbani Yusuf dalam film “Panggilan Tanah Sutji”, menghangatkan pencitraan Garut, karena pesona bintang berparas lembut itu tengah bersinar atas sukses film karya Usmar Ismail lainnya; “Asrama Dara”, “Anak Perawan di Sarang Penjamun” dan “Bajangan di Waktu Fadjar”. Serampung “Tauchid”, tahun 1962 sutradara Usmar Ismail menggarap film “Toha Pahlawan Bandung Selatan”. Film perjuangan heroik yang dibintangi Ismed M Noor dan Mieke Widjaya itu, membidani kelahiran bintang benama Mila Karmila.

Sungguhpun saat itu iklim industri perfilman masih terbalut kemelut, tapi Garut kembali dijadikan lokasi syuting film perang “Segenggam Tanah Perbatasan (1965) karya Djamal Halputra, yang memotret kawasan Citiis, Garut. Film ini merebut pasar, dengan daya jual bintang pasangan suami-isteri (alm) Dicky Suprapto dan (alm) Suzanna, serta (alm) Farouk Affero. Film itu pula bagian titian karier aktris Widyawati, waktu masih dikenal sebagai penyanyi Trio Visca.

(Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *