SENI HIBURAN

Kisah Berdaya Jual Tentang Presiden RI: Bukan Persaingan Dengan Imajinasi

Aktor (alm) Amoroso Katamsi sebagai Mayjen Soeharto, dan (alm) Umar Khayam pemeran tokoh Bung Karno. Dalam film :Djakarta 66”
Aktor (alm) Amoroso Katamsi sebagai Mayjen Soeharto, dan (alm) Umar Khayam pemeran tokoh Bung Karno. Dalam film :Djakarta 66”

Kisah Berdaya Jual Tentang Presiden RI: Bagian (3)

Oleh: Yoyo Dasriyo

FILM ‘tragedi’ mengenaskan di Lubang Buaya, memang luka sejarah menjemput keruntuhan pemerintahan Orde Di balik itu, film yang pernah wajib-tayang tiap 30 September di semua stasiun televisi, memuat kepentingan nasional untuk mewaspadai gerakan PKI dan antek-anteknya. Media film yang menokohkan (alm) Amoroso Katamsi sebagai ““Pak Harto”, mengingatkan warga Indonesia, agar mewaspadai ancaman bahaya komunis.

Dalam film “Djakarta 1966’, dan “Gema Kampus 66”, mengungkap kejuangan aksi mahasiswa dengan dukungan ABRI, saat pengamanan proses peralihan Orde Lama ke Orde Baru! Amoroso Katamsi – pemeran ‘Mayjen TNI Soeharto’ di film sebelumnya, lalu naik pangkat’ jadi “Jenderal TNI Soeharto”. Sebagai pelaku sejarah nasional, figur “Pak Harto” terbingkai pula dalam sinetron “Panglima Soedirman” karya Nurhadie Irawan. Bahkan tokoh “Soeharto” dalam figur Marcel .tampil film parody perjuangan “Laskar Pemimpi” garapan (Monty Tiwa).

Semua itu kesaksian film nasional dan sinetron berwajah sejarah, tentang nilai kejuangan (alm) “Pak Harto”, yang terpatri sepanjang kenangan bangsa di negeri ini. Betapapun, figur ‘Pak Harto’ di layar putih menjadi hidup, dengan keberadaan sosok dan akting Amoroso Katamsi. Kecermatan sutradara (alm) Arifien C Noer, dalam memotret ‘detail akting’ keseharian sang tokoh, pantas diacungi jempol! Terlebih, saat Amoroso berkostum militer dan berkacamata gelap, menguatkan kemiripannya dengan sosok dan karakteristik mantan Presiden RI itu. semasa ‘Pak Harto’ berkapasitas perwira TNI-AD.

Ketepatan ‘casting’ Amoroso Katamsi sebagai “Pak Harto”, cermin kejelian dan keteguhan sutradara sekelas Arifien C Noer. Sang sutradara tidak tergoda menapaki langkah (alm) Alam Rengga Surawidjaya, untuk kembali menokohkan (alm) Kaharudin Syah dalam figur ‘Pak Harto’, seperti diperaninya di film “Janur Kuning”. Kedekatan figur Amoroso dengan tokoh yang diperaninya, memang lebih dimungkinkan terdukung sosoknya, yang belum banyak dikenal sebagai pelakon film.

Manakala tergelar adegan tragedi memilukan di Lubang Buaya, semua penonton filmnya seolah melihat keaslian figur “Pak Harto”. Bukan lagi tengah menonton akting Amoroso Katamsi! Kecuali itu, Arifien pun sukses menghadirkan (alm) Dr Umar Khayam sebagai “Bung Karno” di film itu, serta Syubah Asya pelakon DN Aidit – gembong PKI. Andai tokoh ‘Pak Harto’ di film “Pengkhianatan G-30-S/PKI’ maupun “Djakarta 1966”, dimainkan aktor film kenamaan, sama nasibnya dengan figur ‘Umar Wirahadikusumah’ yang diperankan (alm) Doddy Sukma.

Orang terlanjur kenal dengan Doddy Sukma, hingga tokoh “Pak Umar” terasa ngambang. Berbeda dengan sukses aktor (alm) H Ratno Timoer, saat berperan sebagai “Pangeran Diponegoro” di film “Pahlawan Goa Selarong” garapan Liliek Sujio. Atau ketika Christine Hakim mewayangkan karakteristik “Tjoet Nyak Dhien” karya Eros Djarot. Kedua tokoh sejarah nasional itu,hanya dipersaingkan dengan imajinasi penontonnya.

Sejumlah film nasional dan sinetron, turut bersaksi tentang sejarah perjuangan “Pak Harto”. Peristiwa ‘Serangan Umum’ di Jogya, maupun kepemimpinannya menumpas PKI, mewarnai perwajahan film nasional. Beberapa tahun terakhir ini, film yang memotret biografi mantan Presiden RI bermunculan. Sukses fantastis film “Habibie & Ainun”, menggairahkan kelahiran film tentang mantan Presiden RI lainnya, termasuk Jokowi yang tengah memangku jabatan Presiden RI

Sewaktu acara “Republik Mimpi’ masih digelar di ‘Metro TV, seolah menawarkan kemudahan untuk pemeran banyak tokoh nasional. Dari paket ‘parodi politik’ itu, lahir sosok ‘Pak Suharta’, yang amat memiripi “Pak Harto’ dalam kesenjaan usianya. Kalau tokoh “Bung Karno’ di film “Djakarta 1966” memikat, dengan olah-vokal (alm) Abdi Wiyono. Tokoh “Pak Harto” bersosok “Pak Suharta’, sangat mungkin hidup dengan dukungan suara Butet Kertaredjasa.

Keberadaan figur “Gus Pur’ sebagai ‘Gus Dur’, dan sederet kemiripan tokoh yang pernah jadi payung negeri ini, jadi asset berharga’ dalam dunia seni peran. Terbuka kemungkinan, suatu saat mereka dibutuhkan ***

(Selesai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *