SENI HIBURAN

Alat Musik Tradisional Karinding Mulai Dilirik dan Diminati Anak Muda

gambar ilustrasi para pemain alat musik karinding, foto istimewa
gambar ilustrasi para pemain alat musik karinding, foto istimewa

Gapura Kota Banjar ,- Mendengar kata Karinding, mungkin disaat  ini masih banyak yang bertanya-tanya dan terkesan kembali kejaman dulu. Karinding memang istilah atau sebuatan buat sebuah alat musik tradisional yang sudah lama tenggelam.

Karinding merupakan alat musik tradisional sunda buhun warisann leluhur tatar sunda. Kini keberadaan Kanding sudah mulai kembali populer dikalangan pemusik atau para pelaku seni lainnya terutama dari kalangana anak muda. Bahkan, Karinding sudah masuk kepada event-event khusus, karena Karinding juga lebih mudah dikenali karena dikolaborasikan atau  digabungkan dengan alat musik modern dalam pementasannya.

Pengrajin karinding pun kini banyak ditemukan di daerah-daerah seperti Tasikmalaya, Kuningan, Garut, dan Sumedang.

Tak ketinggalan, di Kota Banjar pun kini ada pengrajin Karinding. Ia adalah Tatang (32) warga Lingkung Parunglesang RT 3/10 Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar. Ia sudah membuat puluhan Karinding hasil karya terampil tangannya. Menurutnya, ia membuat Karinding karena terdorong semangat untuk membudayakan alat musik tradisional sunda buhun tersebut.

“Sebagai orang sunda, wajib membangkitkan  alat kesenian tradisional Karinding,”ujarnya saat ditemui di rumahnya, Selasa (11/8/2015).

Menurut Tatang, dulunya Karinding merupakan alat untuk mengusir hama di sawah ataupun ladang karena mempunyai suara yang “ngejebew”(bergelombang). Alat musik yang terbuat dari bambu atau Kawung (enau) ini dimainkan dengan cara disimpan dibibir, kemudian ditepuk pemukulnya hingga mengeluarkan resonansi suara.

“Karinding memang jika dimainkan sendiri kurang afdol, namun jika dimainkan oleh banyak orang akan lebih seru, karena akan menciptakan harmonisasi suara,”katanya.

Sementara itu, Aji (17) salahsatu siswa SMA di Kota Banjar mengatakan, ia menyukai Karinding sejak kelas dua SMP. Ketika itu ia sering memainkan alat musik tersebut bersama teman-temannya.

“Asyik juga memainkan karinding, karena tidak semua orang bisa memainkan alat musik ini, ya bisa dibilang gampang-gampang susah,”ujarnya.

Hal yang sama diucapkan Yana (20), selaku anak band Underground. Menurutnya ia kerap melakukan kolaburasi musik antara musik modern dan tradisional dalam pentasnya.

“Ternyata enak juga jika alat musik tradisional Karinding ini digabungkan dengan musik modern,”tuturnya.

Ia menambahkan, kini banyak band beraliran Metal yang berkolaburasi menggunakan alat musik tradisional Karinding.

“Tidak hanya di Banjar, kita lihat contoh di Bandung, Band cadas seperti Burgerkill pun kini kerep berkolaburasi menggunakan Karinding melalui komunitas Karinding Attack,”imbuhnya.

Meskipun Karinding merupakan alat musik buhun, namun kini banyak kawula muda yang kepincur dengan alat musil tradisional tersebut. Selain untuk menghidupkan alat seni dan seni budaya Sunda, Karinding pun dapat mempererat tali persaudaraan melalui komunitas pecinta Karinding.***Hermanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *