SOSIAL POLITIK

Terbaring Lumpuh Selam 14 Tahun, Irwan Hanya Bisa Pasrah

Irwan Terlihat memaksakan duduk didampingi ibunya dirumah sangat sederhana, Foto Istimewa
Irwan Terlihat memaksakan duduk didampingi ibunya dirumah sangat sederhana, Foto Istimewa

Gapura Garut ,- Derita berkepanjangan nampaknya telah menjadi bagian hidup Irwan, (15) salah seorang remaja warga Kampung Ciseupan, Desa Gunamekar, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Irwan hanya bisa pasrah setelah hampir 14 tahun harus terbaring dirumahnya dan sama sekali tidak bisa menikmati uasia cerita seperti teman-teman sebayanya,  yang bebas untuk bermain dan bersekolah. Bagi Irwan jagankan untuk bermain dan bersekolah untuk berdiri saja ia tak mampu karena sejak kecil telah menderita lumpuh.

Lumpuh juga telah membuat putra pertama pasangan Yuhani, 36, dan Hatinah, 35, tersebut tidak mampu untuk duduk. Agar bisa duduk, dia harus disandarkan oleh ibunya, Hatinah. Ironis memenag hari-hari Irwan hanya dihabiskan untuk menguji kesabaran kedua orang tua kandungnya yang juga hidup dalam segala keterbatasannya.

Menurut Hatinah, anaknya ini telah mengalami kelumpuhan sejak usia satu tahun. Karena tidak pernah digerakan, kedua kaki Irwan pun mengecil.

“Dulu, saat usianya satu tahun, Irwan menderita sakit panas. Akibat dari suhu tubuhnya yang sangat tinggi, anak saya ini sampai step. Entah kenapa, sejak saat itu Irwan sudah tidak bisa lagi menggerakan kaki dan anggota tubuhnya yang lain,” tutur Hatinah kemarin.

Semua aktivitas seperti makan, buang air, dan mandi dilakukan Irwan dengan mendapat bantuan dari orangtuanya. Bila jenuh berada di dalam rumah, ibunya menggendong Irwan untuk didudukan di beranda.

Hatinah dan suami sudah berupaya untuk membawa Irwan berobat ke dokter. Namun dokter saat itu meminta agar Irwan dibawa ke rumah sakit agar ditangani lebih lanjut.

“Tapi kami tidak mampu berobat. Kami pun terpaksa merawat Irwan seadanya di rumah,” ujarnya.

Keluarga Irwan berasal dari kalangan ekonomi tidak mampu. Ayahnya, Yuhani, merupakan seorang tukang bubur keliling yang melakukan usahanya jauh dari rumah, yakni di daerah Cibiru, Bandung.

Hatinah menyebut, penghasilan suaminya dari jualan bubur tak lebih dari Rp50 ribu dalam sehari. Selama bertahun-tahun Hatinah merasa terpukul karena tidak memiliki kemampuan untuk membiayai anak sulungnya ini.

“Saya benar-benar tidak tega melihat kondisi anak saya yang bertahun-tahun lumpuh lemas. Apalagi Irwan kerap mengeluh ingin sekolah seperti anak-anak lain seusianya. Dalam hati saya sering menangis melihat kondisi keluarga kami yang tak mampu mewujudkan keinginannya,” ungkapnya sambil menitikan air mata.

Meski merasakan kesedihan yang begitu dalam, dia selalu mencoba membesarkan hati putranya itu. Setiap hari Hatinah menanamkan rasa sabar terhadap Ir wan.

“Saya berharap ada dermawan yang ikhlas dan mau membantu proses pengobatan anak kami. Saya tidak pernah berhenti berdoa agar kelak anak kami bisa sembuh dari penyakit yang selama 14 tahun dideritanya,” tandasnya.***jmb

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *