SOSIAL POLITIK

“Gubuk Derita” di Kota Banjar Bukan Hanya Cerita Tetapi Memang Masih Ada

Pengurus LSM Pelangi Kota Banjar saat membantu warga miskin, foto Hermanto
Pengurus LSM Pelangi Kota Banjar saat membantu warga miskin, foto Hermanto

Gapura Kota Banjar , – Sedih dan pasrah, barangkali  itulah yanmenjadi pelabuhan terakhir pasangan suami istri bernama Tarman Maulana (56) dan Darti (55). Keduanya masih harus rela tinggal di gubuk reot yang berada di Dusun Pananjung Barat RT 9/2, Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman, Kota Banjar.

Dengan raut wajah sedih, dengan suara lirih, mereka berdua menceritakan awal mula menetap di dusun tersebut. Menurut Tarman, sebelum menetap jadi warga Pananjung, ia terlebih dulu tinggal di Balokang Kecamatan Banjar. Namun pada tahun 1998, ia pindah rumah ke dusun Pananjung rumah yang ditempati saat ini.

Pekerjaan Tarman hanyalah  pembuat Batubata. Namun nahas, pada tahun 2002, Tarman terkena penyakit Stroke hingga sekarang. Bahkan kakinya yang sebelah kiri terus mengecil.

“Sejak sakit, saya tidak bisa apa-apa dan terpaksa istri saya yang mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,”Kata Tarman saat ditemu, Selasa (5/1/2016).

Semenjak Tarman mengalami sakit Stroke selama 14 tahun, kini Darti (istri Taraman) bertekad untuk mengubah nasib hidupnya. Ia mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menggantikan pekerjaan suaminya bekerja sebagai pembuat batubata pada tetangganya.

Untuk mendapatkan penghasilan per hari Rp 20 ribu rupiah, Darti harus mampu mencetak 500 buah bata, karena jika kurang dari jumlah tersebut, maka peghasilan yang didapat hanya Rp. 10 sampai 15 ribu saja per harinya.

“Semenjak suami saya sakit, saya hanya bekerja mencetak batu bata, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,”Unkap Darti dengan nada lirih

Kondisi rumah yang ditempati kedua pasangan miskin ini sungguh sangat memprihatinkan. Jika turun hujan, mereka berdua selalu kedinginan karena kondisi atap yang sudah lapuk dan bocor.

Lebih parahnya lagi, kepedihannya selama 14 tahun dalam hidup dibawah garis kemiskinan, nyaris sama sekali belum tersentuh uluran tangan dari Pemerintah.

Hal tersebut dibenarkan ketua RT setempat, Cartam (45). Menurutnya, ia sudah mengajukan program RTLH ke Pemkot Banjar, namun sudah 6 tahun, ajuan tersebut belum mendapat realisasi dari pemerintah.

“Dari dulu saya sudah ajukan, namun sampai saat ini belum ada realisasi dari pemkot Banjar,”ujarnya.

Potret kemiskinan yang terjadi di Kota Banjar ini, membuat salahsatu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pelangi Kota Banjar, terketuk untuk mendatangi rumah tersebut dan memberi bantuan. Bantuan yang diberikan berupa uang dan matrial bangunan, seperti Semen, Bilik Bambu, kayu, dan lain-lain.

“Kami tergerak untuk membantu meski tidak maksimal, dan kami akan mendorong Pemkot Banjar untuk secepatnya membantu rumah warga miskin supaya masuk dalam program rutilahu,”ujar Sekretaris LSM Pelangi, Tonton Adipraja kepada Wartawan.

Tonton berharap kepada Pemkot Banjar, rumah-rumah miskin yang ada di Kota Banjar, harus lebih diperhatikan dan lebih diutamakan. Menurutnya, banyak sekali program Rutilahu tidak tepat sasaran.

“Kami ingin bekerjasama dengan Pemkot Banjar, supaya program-program seperti Rutilahu tepat sasaran. Kalau pembangunan inspratruktur sudah semakin pesat, namun kondisi perekonomian pun harus lebih meningkat dari tahun-tahun sebelumnya,”pungkasnya.***Hermanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *