SOSIAL POLITIK

177 KK Korban Bencana Cisompet Masih Tinggal di Pengungsian

PCNU secara simbolis memberikan bantuan kepada korban bencana, foto Yuyus
PCNU secara simbolis memberikan bantuan kepada korban bencana, foto Yuyus

Gapura Garut ,- Korban bencana pergerakan tanah di Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut hingga kini masih  tinggal dilokasi pengungsian, dengan kondisi yang cukup memperihatinkan.

Kepastian relokasi yang akan dilakukan oleh Pemkab Garut masih terus ditunggu para warga terdampak musibah bencana alam tersebut. Ironisnya mereka seolah tenggelam dan terlupakan, karena adanya bencana banjir bandang Sungai Cimanuk beberapa waktu lalu. Sehingga bantuan kemanusiaan kepada warga Desa Sindangsari semenjak ini itu sangat minim.

Sumpena, Koordinator Korban Retakan Tanah Cisompet, mengatakan, Kendati belakangan ini ada bantuan yang diberikan dari pemerintah daerah, namun kendalanya alat transportasi. Karena bantuan yang diberikan dari pemerintah kebanyakan harus dibawa sendiri ke Kantor Instansi di Kota atau bantuan yang disimpan di Kantor Desa Sindangsari, jaraknya lebih dari 4 kilometer ke lokasi bencana. Sehingga untuk menganggkut bantuan dengan menggunakan ojeg, harus merogoh kocek sampai Rp 800 ribu.

Ia mengatakan, jumlah warga yang memilih untuk pindah ke tempat pengungsian semakin bertambah. Saat ini dari 4 Kampung yang terdiri dari Kampung Sawahilir, Langkong, Selaawi, Ciawi Desa Sindangsari Kecamatan Cisompet, yang sudah mengungsi tercatat ada 177 Kepala Keluarga atau 556 jiwa.

“Kalau yang ngungsi sekarang berada di Kampung Batusari, tetapi ada juga warga yang masih tinggal di rumahnya, karena menunggu relokasi, atau ganti rugi. Meski saat ini belum apa-apa tetap saja rawan kembali terjadi geseran tanah susulan seperti beberapa waktu sebelumnya,”Kata Sumpena saat ditemui, Kamis (3/11/2016).

Hingga saat ini lanjut Sumpena, para korban masih menunggu untuk direlokasi dan tinggal di tempat pengungsian sementara dengan kondisi yang tidak memadai.” Mereka tinggal di tempat pengungsian yang sempit. Satu ruangan kecil itu ditempati dua sampai tiga KK,” terangnya.

Sumpena menambahkan seluruh warga korban bencana tersebut, berharap segera direlokasi.”Bantuan bagaimana pun tentu sangat diperlukan, baik logistik, pakaian dan lain sebagainya. Tetapi yang kita harapkan yakni tempat untuk relokasi, harap segera dilakukan, kalau yang banjir Cimanuk bisa segera, kita pun harap demikian. seperti yang dijanjikan katanya akan dibangun 161 rumah, 2 MCK, 1 Masjid untuk tempat relokasi nanti, ” katanya.

Sekretaris PC Nahdlatul Ulama (NU) Garut, Deni Ranggajaya mengatakan, kondisi para korban yang memperihatinkan itu, harus ditangani dengan segera secara bersama-sama.

“Memang melihat kondisi para korban di Cisompet ini masih memerlukan uluran tangan dari kita semua,” ujar Deni, ditemui di Kantor Desa Sindangsari Kecamatan Cisompet usai mengunjungi dan memberikan bantuan untuk para korban pergerakan tanah di Cisompet, Rabu (2/11/2016).

Adapun bantuan yang disalurkan PC NU Garut kemarin, berupa pakaian, beras dan barang-barang lainnya, serta uang untuk biaya pengangkutan bantuan ke lokasi pengungsian. Menurut Deni barang-barang tersebut merupakan bantuan dari warga Nahdiyin, dari berbagai daerah, termasuk dari PC NU Istimewa Taiwan

.” Saya dapat informasi dari wartawan, kalau PC NU belum mengirimkan bantuan ke Cisompet, makanya sekarang kami ke sini bawa bantuan,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Desa (Pjs) Sindangsari, Hj. Ayi Sulastini membenarkan kalau kondisi para korban yang sudah tinggal berbulan-bulan di tempat pengungsian tersebut cukup memperihatinkan, karena harus berdesak-desakan di ruangan yang sempit.” Memang benar dalam satu kamar itu ditempati dua sampai tiga kepala keluarga,” katanya.

Meski demikian, pihaknya belum memperoleh kepastian kapan warganya tersebut akan direlokasi. Namun katanya pemerintah sudah menyediakan lahan untuk pembanmgunan rumah warga korban pergerakan tanah di Kp. Benyang, masih di desanya.***Yuyus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *