SOSIAL POLITIK

80 Persen TKI Asal Garut Bekerja di Sektor Informal

Gapura Garut ,- Warga Kabupaten Garut lebih menyukai pekerjaan pada sektor informal saat bekerja di luar negeri menyusul latar belakang pendidikan dan kondisi ekonomi keluarga lebih mendorong dan memungkinkan warga Garut memilih bekerja di sektor informal ketimbang pada sektor formal.

Elka Nurhakimah, Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Garut menyebutkan perbandingan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Garut yang bekerja di sektor informal dan formal cukup besar. Pada sektor informal, persentase TKI asal Garut mencapai 82 persen.

“(TKI) sektor informal dari Garut sangat banyak. Persentasenya mencapai 82 persen jika dibandingkan dengan TKI yang bekerja di sektor formal yang hanya 18 persen saja,” kata Elka, Minggu (13/11/2016)

Pekerjaan di sektor informal tersebut lanjut Elka adalah asisten rumah tangga dan buruh. Negara-negara di kawasan Timur Tengah, sebagian besar menyediakan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga.

“Meski moratorium pemerintah untuk bekerja di kawasan Timur Tengah belum dicabut, namun masih banyak jumlah warga Garut yang bekerja di sana. Mereka ini sudah bekerja sebagai asisten rumah tangga telah lama sebelum moratorium diberlakukan, misalnya sejak 10 tahun yang lalu bahkan lebih,” jelasnya.

Elka sendiri enggan menyebut jumlah TKI asal Garut yang bekerja pada sektor informal di kawasan Timur Tengah itu. Beberapa negara Timur Tengah tempat warga Garut bekerja pada sektor ini adalah Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab dan lainnya.

“Risiko bekerja di luar negeri, khususnya untuk pekerja sektor informal cukup besar. Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan moratorium. Akan tetapi hal itu tidak berpengaruh untuk sebagian TKI yang sudah bekerja lama. Justru sangat banyak TKI yang kerja di Timur Tengah itu betah dan terus memperpanjang masa kerja di sana,” ungkapnya.

Negara lain yang menyediakan pekerjaan di sektor informal lainnya adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Taiwan dan Hongkong. Selain asisten rumah tangga, di negara-negara ini warga Garut bekerja sebagai buruh.

“Di Malaysia dan Burunei Darussalam, mereka bekerja sebagai buruh pada beberapa perkebunan, perkebunan sawit misalnya. Sementara di Taiwan dan Hongkong, sebagian bekerja di sektor informal dan formal. Untuk informal misalnya asisten rumah tangga, sedangkan formal itu seperti bekerja sebagai perawat lansia,” ucapnya.

Elkan menambahkan berbeda dengan sektor informal, jumlah negara penyedia pekerjaan di sektor formal untuk TKI asal Garut cukup sedikit. Dua negara di kawasan Asia Timur, yaitu Jepang dan Korea Selatan, merupakan negara yang menjadi tujuan para pekerja formal asal Garut.

“Di kedua negara itu, para TKI sektor formal ini bekerja sebagai karyawan perusahaan dengan keahlian bidang tertentu, hingga sebagai pekerja magang,” Tukasnya.***Bro

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *