SOSIAL POLITIK

Mendongkrak Nilai Jual Hasil Pertanian, Petani Harus Berinovasi

Kegiatan seminar Pertanian di Fakultas Pertanian UNIGA, foto Yuyus

Gapura Garut ,- Banyaknya para petani yang langsung menjual barang mentahnya ke pasar, sehingga membuat harga jual barang lebih rendah dipasaran. Lain halnya dengan hasil tani yang dilakukan pengolahan sebelum dilakukan penjualan kepasar.

Menurut Titintin Febrianti Ketua Program Study Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Garut (Uniga) menugnkapkan kebanyakan para petani masih berfikir tradisonal. Bagimana ketika para petani lebih banyak menaman tanaman yang secara langsung dijual.

“Tetapi harus mulai beralih untuk bisa mengolah tidak hanya menanam lalu menjual, tapi harus melakukan tanam, olah lalu jual,” katanya saat ditemui di seminar pangan sehari di Aula Uniga, Kamis (9/3/2017).

Tidak cukup disana juga para petani harus mulai berfikir bagimana pengemasan prodak yang dijual tersebut merupakan pengemasan yang cukup menarik perhatian.

Berbagai olahan bahan pangan yang cepat busuk juga nantinya akan disiasati bagimana. Jadi seminar ini menyiasati bagimana tidak hanya pengolahan saja, tetapi dari hulu sampai hilir.

“Jadi kita juga sebagai akademisi menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat Garut yang ingin mempelajari tentang pertanian kita sudah memiliki laboratorium di Cikajang,” katanya.

Sementara itu, Ati Atul Q Ketua Program Study Ilmu Pangan mengungkapkan bahwa Kabupaten Garut merupakan daerah dengan basis pertanian. Karena menurutnya Garut merupakan salah satu suplayer terbesar untuk komoditi sayuran terbesar ke Ibu Kota.

“Namun sayang di Garut sendiri daerah yang rawan pangan, disini kita fakultas pertanian bagimana hasil pertanian ini begitu panen langsung dijual, tapi bagimana pangan ini ada pengolahan yang lebih lanjut,” katanya.

Karena masyaratak Garut sendiri sangat suka dengan panganan olahan dari berbagai komoditi pertanian yang ada di Garut. Dan ini juga harus dijadikan peluang oleh para petani dan masyarakat sebagai peluang usaha.

“Ketika sayuran atau buah – buahan turun bisa diolah dan menjadi nilai lebih, dan memiliki nilai jual yang lebih baik, tentu sacara otomatis akan meningkatkan kepada ekonomi masyarakat,” ucapnya.

Lebih lanjut ati menyampaikan kalau generasi muda sebagai motor pengerak harus menjadi salah satu pembangun sektor pertanian. Karena jangan sampai kekayaan yang melimpah ini tidak bisa dinikmati oleh masyarakatnya sendiri.

“Sejauh masih butuh makan, tentu petani masih dibutuhkan. Dan pangan pertanian dan sayuran pasti akan dibutuhkan oleh masyarakat,” katanya.***Yuyus

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *