SOSIAL POLITIK

Enam Anak Yatim Ini Harus Berjuang Mempertahankan Hidup

Setiap Hari mereka menanti belas kasian orang, foto Dede

Gapura Ciamis ,-  Enam anak yatim bersama ibunya hidup dibawah garis kemiskinan dan hanya mengandalkan belas kasihan warga liannya.

Dua dari enam anak yatim ini terpaksa putus sekolah karena tidak memiliki biaya termasuk luput dari jangkauan program  Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang ternyata dicabut sepihak oleh Kemenag Ciamis.

Kokom adalah salah seorang anak Yatim yang merupakan anak pertama dari Yayah seorang janda Miskin warga desa Padamulya, Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Kokom terpaksa putus sekolah dan harus  mengurus kelima adik kandungnya yang masih kecil sepeninggalan ayah kandungnya yang telah mendahului mereka dipanggil keharibaannya.

Kondisi keseharian Kokom yang sebelumnya  sempat belajar di  Madrasah Tsanawiyah setahun yang lalu, kini benar benar disibukan mengurusi adik-adiknya guna membantu sang ibu yang juga harus banting tulang mencari nafkkah untuk menghidupi mereka.

Komom memilih tidak melanjutkan sekolahnya ke tingkat Sekolah Menengah Atas karena tidak memiliki biaya lagi, setelah ayahnya meninggal dunia tahun lalu.

Hidup dibawah garis kemiskinan membuat Kokom bersama seorang adik laki-lakinya terpaksa menghentikan pendidikan mereka untuk dapat mendukung kedua adik perempuannya yang kini duduk di bangku sekolah dasar. Sepulang adiknya sekolah, keduanya  selalu membantu adiknya mengerjakan tugas sekolah.

Kokom merupakan salah seorang siswa penerima Kartu Indonesia Pintar yang merupakan program nasional. Ia bersama ketiga adiknya memiliki KIP dan biasanya menerima bantuan uang sekolah, namun sejak dua tahun terakhir ia bersama ketiga adiknya tidak menerima sepeserpun bantuan pendidikan pemerintah pusat tersebut.

Keluarga Yayah termasuk dalam Keluarg Sangat Miskin (KSM) dan masuk dalam penerima Program Keluarga Harapan.

Bantuan pemerintah ini biasa diterima setiap 3 bulan sekali, namun sayangnya bantuan Kartu Indonesia Pintar sudah tidak diterima keempat anaknya sejak 2 tahun lalu. Mereka mengaku tidak mengetahui alasan dihentikannya bantuan tersebut, meski dua anaknya masih berstatus pelajar.

Sepeninggalan suaminya, perekonomian keluarga Yayah semakin terpuruk.  Kini ibu enam anak ini tak memiliki penghasilan sama sekali karena tidak ada yang menyuruhnya mengerjakan serabutan apapun yang mau menyuruhnya.***Dedi Kuswandi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *