SOSIAL POLITIK

Akibat Difteri, Tiga Warga Garut Meninggal Dunia

Bangunan RSUD dr Slamet Garut, foto dok

Gapura Garut ,- Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr Tenny S Rifai, memastikan tiga orang warga yang meninggal akibat wabah difteri sebelumnya tidak pernah mendapatkan imunisasi sama sekali. Oleh karena itu, pihaknya saat ini lebih mengkedepankan penyuluhan ke Posyandu melalui Puskesmas sambil menunggu intruksi lebih lanjut dari Menteri Kesehatan.

“Hingga kemarin data terakhir yang kami dapat sudah ada 12 orang warga Garut yang terjangkit wabah difteri dan 3 orang diantaranya meninggal dunia, terakhir pada Minggu (10/12/2017). Dari 3 orang yang meninggal dunia itu, dipastikan ketiganya tidak pernah mendapatkan imunisasi ketika kecilnya,”ungkap Tenny, Selasa (12/12/2017).

Menurutnya Difteri masih sangat mungkin menjangkiti warga yang ketika kecilnya juga diimunisasi, “namun dampaknya tidak akan terlalu parah, biasa saja. Jadi warga Garut yang meninggal dunia akibat difteri ini dipastikan sebelumnya tidak pernah diimunisasi, apalagi jika melihat yang terakhir yang lahir di tahun 1985, dimana saat itu program imunisasi belum aktif di Posyandu,” Tuturnya.

Tenny menegaskan adanya Difteri yang merenggut korban jiwa,  memungkinkan di Kabupaten Garut akan dilaksanakan kegiatan imunisasi masal kembali, namun untuk itu pihaknya masih menungg intruksi dari Menteri Kesehatan. Yang sudah melakukan imunisasi masal sendiri pasca munculnya wabah difeteri ini adalah DKI Jakarta.

“Jadi untuk program imunisasi lanjut kita masih menunggu intruksi dari Menteri Kesehatan, tapi kalau di DKI Jakarta sudah ada. Tapi kalau di DKI memanh di semua umur melakukan imunisasi ulang karena di semua umur rentang, dan menurut teori pun bayi diatas usia 2 tahun, 5 tahun yang akan datang harus tetap diimunisasi lagi,” katanya.

Saat ditanya akan adanya gerakan penolakan imunisasi karena dipertanyakan kehalalannya, disebutkan Tenny hal tersebut hoak karena vaksi yang diberikan sudah diteliti lebih dulu oleh MUI sebelum diberikan kepada warga. Selain itu, saat ditanya terkait menyebarnya pesan berantai tentang penyebaran difteri melalui cabe dengan tegas ia menolaknya.

“Penyebaran difteri itu melalui pernafasan, bukan dari makanan, dan itu tidak masuk akal, kita akan berikan penyuluhan kepada warga secara pelan-pelan akan hal tersebut. Jadi info cabe itu hoak, saya juga belum pernah mendengar sebelumnya dari para ahli kesehatan akan hal tersebut,” jelasnya lagi.

Selain itu, ia pun menyebut bahwa difteri tidak terjadi di satu wilayah dengan iklim tertentu saja, hal ini dibuktikan dengan sebaran wabah difteri di Kabupaten Garut yang hampir menyeluruh dari utara ke selatan. “Dan untuk saat ini dipastikan tidak ada lagi warga yang masih dirawat di rumah sakit akibat difteri, tapi kita tidak lepas tangan, para dokter di Puskemas yang wilayahnya ada yang sebelumny menjadi pasien difteri terus dipantau perkembangannya,” katanya.***Margogo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *