USAHA PRODUK

Disnakanla: Harga Telur Ayam Naik Bukan Karena Wabah Penyakit

Gapura Garut ,- Mahalnya harga telur ayam dalam beberapa pekan terakhir disebabkan oleh induk yang belum siap bertelur.

Menurut Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Garut mahalnya harga telur dan ayam di pasaran memang lebih disebabkan karena indukan belum siap bertelur dan DOC (Day Old Chick) yang terbatas.

‘bukan akibat tingginya angka kematian pada ayam pedaging dan petelur akibat wabah, karena kondisinya saat ini jumlah ayam yang mati dalam kondisi normal di seluruh Kabupaten Garut.”kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Garut, Ir Indri didampingi Kepala Bidang Medis drh Diah, Selasa (17/7/2018).

Menurutnya di Garut saat ini angka kematian ayam masih terbilang normal. Berdasarkan hasil pemantauan di seluruh wilayah Kabupaten Garut oleh Dinas Peternakan dan Perikanan, dipastikan tidak ada faktor kematian yang sumbernya dari wabah penyakit.

“Untuk Garut kematian hewan ternak ayam tidak ada faktor yang sifatnya akibat dari adanya wabah penyakit.”ungkapnya.

Secara normal memang ada kematian pada hewan ternak ayam tapi angkanya di kisaran 1 atau 2 persen saja, itu pun akibat memang dari faktor cuaca dan pola pemeliharaan, dan kondisi ini masih dikategorikan normal di seluruh kecamatan,” ujarnya.

Untuk naiknya harga daging ayam di pasaran, disebutkannya, hal tersebut merupakan imbas dari kondisi pasca lebaran karena minimnya pasokan DOC. Paska lebaran diperkirakan angka pemeliharaan DOC droppingnya tidak lancar namun angka pembelian di pasaran tinggi sehingga terjadi kekurangan pasokan dan harga jualnya pun naik.

“Masa pemeliharaan ayam pedaging ini kan 35 hari, dan saat ini kondisi peternak ayamnya belum bisa panen atau belum banyak yang panen karena keterbatasan DOC tadi. Jadinya tentu suplay ayam kepada para pedagang menjadi sedikit karena balum banyak yang lanen tadi dan secara otomatis harga penjualan di pasaran pun menjadi naik,” katanya.

Kondisi serupa, lanjutnya, terjadi pada ayam petelur sehingga menjadikan harga penjualan terurnya melonjak naik dibanding hari-hari biasa. Saat ini para petani ayam petelur baru beberapa minggu memiliki indukan baru dan ayam-ayamnya tersebut belum bisa bertelur sehingga menjadikan ketersediaan telur di pasaran menjadi lebih sedikit.

“Jadi para petani ayan petelur ini saat mau lebaran kebanyakan menjadikan ayam-ayam mereka sebagai ayam konsumsi dan dijual dinpasaran sebagai ayam pedaging. Nah untuk saat ini mereka baru beberapa minggu memasukan ayam baru dan tentunya menjadikan ayam tersebut belum siap bertelur dan juga kondisi telur di pasaran menjadi sedikit sedangkan angka permintaan banyak,” jelasnya.

Namun ia menjelaskan jika harga penjualan telur di Kabupaten Garut dalam kondisi pasokan telurnya yang sedikit masih dikategorikan normal ketika harga jualnya di Rp 27ribu per kilogram. Ia menyebut jika melihat harga jual telur di luar pulau jawa, per kilonya telur bisa dijual dengan harga Rp 40 ribu per kilogram.***TGM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *