PERISTIWA

Cerita Dua Pendaki Korban Petir sempat Tidak Bisa Gerakan Kaki

Dua orang pendaki korban tersambar petir saat berada di base camp pendakian Gunung Guntur, foto Wildan
Dua orang pendaki korban tersambar petir saat berada di base camp pendakian Gunung Guntur, foto Wildan

Gapura Garut ,-  Dua dari enam pendaki yang tersambar petir di puncak Gunung Guntur sempat tidak bisa menggerakan kaki. Kondisi ini terjadi saat mereka ditemukan oleh tim penyelamat TNI, ketika masih berada di puncak gunung.

Sementara di saat yang sama, empat pendaki lainnya berkondisi lemas.

“Itu yang dua pendaki kondisinya lebih parah. Tidak bisa menggerakan atau melipat kaki sama sekali. Mungkin karena posisi mereka berdua sangat dekat dengan sambaran petir,” kata Danramil 1111 Tarogong, Kapten Infanteri Sutopo, Selasa (27/1/2015).

Dua pendaki asal Depok yang sempat tidak bisa menggerakan kakinya ini teridentifikasi atas nama Tio Muhammad (21) dan Deni Adisaputro (21). Menurut Sutopo, selain tidak bisa menggerakan kaki, keduanya juga mengalami kejang.

“Tidak ada pendaki yang tersambar langsung. Tidak ada korban meninggal atau mengalami luka gores dan bakar akibat sambaran petir. Paling parah ya dua korban tadi, hanya tidak bisa menggerakan kaki dan kejang saja. Sementara empat sisanya lemas,” jelasnya.

Dia menyebut identitas keempat pendaki yang lemas itu adalah Dede Aryo (21), Yahya (21), M Baskara (21) dan Iman Cahya Saputra (21). Mereka lemas karena syok.

Peristiwa nahas yang menimpa para pendaki ini terjadi pada Senin 26 Januari 2015 malam, atau tepatnya sekitar pukul 19.49 WIB. Satu tenda milik mereka hancur.

“Anggota kami dan tim gabungan dari Basarnas, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), serta BKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) memerlukan waktu untuk mengevakuasi mereka. Karena posisi mereka itu di kawasan puncak Gunung Guntur, bukan di lerengnya,” ujarnya.

Sutopo membeberkan panjangnya upaya kronologi proses penyelamatan para pendaki tersebut. Pihak TNI baru menerima informasi kejadian itu pada pukul 22.00 WIB, atau satu jam lebih 11 menit setelah kejadian terjadi.

Sekitar 30 menit kemudian, tim TNI berangkat dengan menyusuri jalur pendakian gunung setinggi 2.249 meter dpl (di atas permukaan laut) ini. Karena jauhnya jarak tempuh, tim dari TNI baru berhasil menemukan posisi para pendaki sekitar pukul 03.30 WIB dini hari.

“Selain tim dari TNI, tim gabungan lain juga menyusul pada jam berbeda setelahnya. Mereka baru berhasil dibawa turun menuju perjalanan ke base camp kurang lebih pukul 10.00 WIB,” tambahnya.

Sementara itu, seorang pendaki bernama Dede Aryo, menuturkan, mereka mulai mendaki Gunung Guntur pada Senin pagi. Saat menjelang sore, mereka tiba di kawasan puncak Gunung Guntur dan langsung mendirikan tenda.

“Waktu itu kami sempat menyantap makan malam dan beristirahat di dalam tenda. Saat sedang beristirahat itulah terjadi badai dan kami melihat ada awan hitam berpetir di kejauhan yang kian lama kian mendekat ke arah kami,” ucapnya.

Menurut Dede, awan hitam itu lama kelamaan hinggap di sekitar kawasan puncak Gunung Guntur, tak jauh dari lokasi mereka mendirikan tenda. Petir pun tiba-tiba menyambar ke arah mereka sehingga semuanya langsung syok dan kejang dalam jangka waktu cukup lama.

“Setelah saya mulai sadar dan bisa bergerak, saya langsung menelepon pos pendakian untuk minta bantuan. Saya panik karena saat itu rekan-rekan saya, yaitu Tio dan Deni, masih terlihat kejang,” katanya.

Mengamini apa yang diutarakan Dede, Tio mengungkapkan hal yang serupa. Dia mengaku tidak bisa menggerekan kakinya saat petir menyambar di dekat mereka.

“Bunyinya keras sekali. Sangat memekakan telinga. Saya lemas seketika. Kaki seperti yang kram dan sama sekali tidak bisa digerakan. Merasa kaku dan lemas yang amat sangat di waktu bersamaan. Saya tidak menyangka, padahal pas kejadian kami tidak ada yang berada di luar tenda, melainkan tidur karena hujan lebat,” ungkapnya.

Selama lebih dari satu jam keenam pendaki ini sembunyi di dalam tenda. Mereka belum berani menghubungi base camp untuk meminta pertolongan.

Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Garut TB Agus mengatakan, pihaknya langsung berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait setelah pihak dusun memberi informasi terkait peristiwa itu.

“Informasi itu kemudian disampaikan kepada BPBD. Setelahnya, kami berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk bersiap melakukan evakuasi,” katanya.***Bro

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *