PARIWISATA BUDAYA

200 Pusaka Peninggalan Kerajaan Galuh Kembali Dibersihkan

Prosesi adat jamasan atau pencucian senjata peninggalan Galuh Pakuan, foto Dedi Kuswandi
Prosesi adat jamasan atau pencucian senjata peninggalan Galuh Pakuan, foto Dedi Kuswandi

Gapura Ciamis ,- Ratusan benda Pusaka berumur ratusan tahun peninggalan kerajaan Galuh dan Kerajaan Pajajaran kembali dibersihkan dalam sebuah ritual tahunan tradisi jamasan di museum Pusaka Galuh Pakuan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat bertepatan dengan pepringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Sedikitnya ada sekitar 200 benda pusaka peninggalan kerajaan Galuh dan Pajajaran yang dibersihkan diantaranya senjata pusaka berupa Keris, Kujang, Pedang dan Tombak serta Golok atau Gobang.

Rangkaian ritual jamasan ini dimulai dengan membersihkan benda pusaka dari karat dengan menggunakan buah jeruk nipis, kemudian direndam dalam air yang berasal dari tujuh mata air di Ciamis yang dicambur dengan berbagai jenis bunga serta minyak wangi.

Metode pencucian benda pusaka tersebut sudah berlangsung secara tuurun temurun dengan tujuan untuk menjaga benda pusaka yang sudah berumur ratusan tahun agar tidak rusak meskipun terus dimakan usia.

Selain untuk merawat kelestarian benda pusaka, tradisi jamasan yang digelar setiap bulan maulid ini memiliki Filosofi untuk membersihkan diri umat manusia dari dosa salah satunya dengan banyak melakukan amal sholeh serta mendekatkan diri dengan sang pencipta melalui ibadah.

Menurut pengurus museum pusaka Galuh Pakuan yang juga sesepuh Paguyuban Galuh Pakuan, Raden Lukman Soemadisoeria, berbagai jenis pusaka ini menyimpan nilai terkait sejarah kerajaan Galuh dan Kerajaan Pajajaran yang menjadi cikal bakal lahirnya nama Kabupaten Ciamis.

“Jamasan ini sama dengan menghargai, mengingat dan meneruskan makanya setiap acara digelar bertepan dengan Maulid Nabi, karena Maulid juga mengingatkan kita kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW”, Kata Raden Lukman saat ditemui disela-sela acara Jamsan, Minggu (10/1/2016).

Raden Lukman menegaskan acara tersebut mengisyaratkan jika sebagai manusia perlu terus mengingat jasa-jasa para lelihurnya.

“Sebab jika tidak ada para leluhur kita maka tidak mungkin ada kita saat ini, maka intinya perlu menghargai para leluhur kita”, Ungkapnya.

Sementara itu, selain melakukan pencucian sejumlah benda pusaka, tradisi jamasan tersebut juga dimeriahkan oleh pentas berbagai kesenian tradisional Sunda dengan mempertontonkan pagelaran seni yang mengisahkan tentang perjalanan Kerajaan Galuh Pakuan.***Dedi Kuswandi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *