PERISTIWA

Ma Ijah Hidup Sebatang Kara, Menghuni Gubuk Reyot Menanti Uluran Tangan Kita

poto ma ijah

Gapura Garut ,- Sungguh malang nasib Ma Ijah (85),  Seorang nenek renta  warga kampung Bunianten  Rt 3/12, Desa Karangmulya, Kecamatan Kadungora kabupaten Garut. Ma Ijah  sudah belasan tahun  hidup sebatang kara  tanpa kehadiran sanak saudara, menghuni gubug ukuran 2 x 3 meter dengan kondisi mengkhawatirkan.

Gubug kecil dan sempit yang terbuat dari bilik bambu kondisinya juga sudah resyot dan  bolong-bolong, bahkan sebagian tiang  penyangga gubug tersebut juga keropas  dan terancam ambruk.

Keseharian Ma Ijah hanya  bisa duduk dan tidur  karena kndisi  fisiknya yang terus menurun akibat usia tua terus menggerogoti kesehatannya, penglihatan sudah kabur demikian juga dengan pendengarannya sudah tidak normal lagi.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,  Ma Ijah hanya mengandalkan belas kasih dari para tetangganya saja. Sejauh ini Ma Ijah belum pernah merasakan bantuan yang digulirkan pemerintah baik jaminan sosial melalui BPJS maupun bantuan rumah tidak layak huni atau  Rutilahu,  sama sekali tidak pernah djumpainya.

Salah satu bantuan yang diterimanya selama ini, baru beras miskin atau raskin saja, itupun tidak setiap saat karena program tersebut baru dtiterimanya sekitar dua bulan sekali sesaui dengan jadwal kedatangan beras miskin kedesa tersebut.

Saat ditemui digubugnya, Ma Ijah hanya berharap belas kasihan dari para dermawan yang bersedia membantunya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Emamah sudah pasrah karena tidak punya apa-apa lagi, tidak punya anak, tidak punya saudara, mencari uangpun sudah tidak kuat lagi”, Ucapnya dengan nada sayup-sayup sedikit tidak jelas.

Ma Ijah hanya berharap dan mengandalkan belas kasian orang lain atau jika ada bantuan dari Pemerintah Kabupaten Garut, Ia berharap  dapat menjadi prioritas untuk menerima bantuan tersebut.

Menurut Deden Ketua Rw 12 Desa Karangmulya, saat ditemui membenakan, kondisi Ma Ijah yang sudah hidup sebatang kara.

“Ma Ijah ini memang waga kami disini yang hidup memprihatinkan, kami setiap hari bergiliran membantunya baik makanan maupun keperluan-keperluan lainnya”, Kata Deden, Kamis, (27/8/2015).

Menurutnya sejauh ini pihaknya telah berusaha mengajukan Ma Ijah agar mendapatkan prioritas dari program-prgram bantuan pemerintah.

“Kami telah mencoba mengajukan program-program bantuan agar memprioritaskan ma Ijah”, Ucapnya.***Kus Kus Markuseu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *