SOSIAL POLITIK

Meski Tinggal Seorang Diri, Keluarga Ma Ijah Menolak Dikategorikan Waga Miskin

Pihak Desa dan keluarga Ma Ijah saat melakukan klarifikasi kepada wartawan, foto Kus
Pihak Desa dan keluarga Ma Ijah saat melakukan klarifikasi kepada wartawan, foto Kus

Gapura Garut,- Sejumlah keluarga serta pihak pemerintahan setempat mengaku terkejut dengan unculnya pemberitaan di media massa tentang potret buram kemiskinan yang dialami oleh mak Ijah (85) warga kampung bunianten, RT 3 RW 12, Desa Karangmulya, Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Pihak Desa yang mengaku mewakili keluarga mak Ijah menampik jika lansia yang hidup seorang diri di gubuknya ukuran 2 x3 tersebut sebagai warga miskin.

Kepada sejumlah wartawan, Edi Tito Kepala desa Karang mulya menegaskan jika keberadaan Ma Ijah meski hidup seperti tampak serba kekurangan namun memiliki cukup harta dan keluarga yang berada disekeliling tempat Ma ijah tersebut.

“Ma ijah memang seperti tampak memprihatinkan, namun yang bersangkutan tidak tergolong warga miskin”, Kata  Edi  Tito, Kamis (03/09/ 2015).

Menurut Edi, pihaknya mewakili keluarga, menolak jika Ma Ijah disebut sebagai warga miskin seperti yang diberitakan di media massa termasuk di gapuraindonesia.com.

“Awalnya iapun memang berniat akan mengajukan Ma Ijah sebagai salah satu penerima bantuan PSKS atau yang dulu dikenal bantuan BLSM, serta bantuan rutilahu atau perbaikan rumah tidak layak huni. Namun, karena pihak keluarga menolak, bantuan tersebut urung diberikan”, Ungkapnya.

Saat ditanya keberatan pihak keluarga mengapa  tidak disampaikan secara langsung saat pertamakali proses peliputan dilakukan wartawan,Edi Tito beralasan, jika Deden Ketua RW setempat yang menjadi narasumber  saat itu, tidak mengetahui bahwa proses peliputan yang sedang berlangsung tersebut, akan dipublikasikan di media massa.

“Mungkin pak RW Deden tidak tahu jika wawancara itu akan dimuat menjadi berita dan dilakukan oleh seorang wartawan”, Ucapnya.

Sementara itu Deden sang Ketua RW yang menjadi nara sumber sejumlah media, mengaku tak menyangka jika peliputan mak Ijah akan berbuntut panjang. Sewaktu diwawancara oleh wartawan ia hanya menyampaikan infomasi apa adanya.

“Ma Ijah memang benar belum pernah mendapatkan bantuan pemerintah seperti PSKS dan rutilahu hingga saat ini”, Tegas  Deden.

Mengenai sosok Ma Ijah sebenarnya layak atau tidak mendapatkan berbagai program bantuan sosial pemerintah, dengan wajah bingung Deden tak bisa menjawabnya dan hanya terdiam.

Sementara itu Camat Kadungora, Dudung yang juga mengaku terikat pertalian kekerabatan dengan Ma Ijah menyatakan pasca pemberitaan mak Ijah mencuat di media massa, keluarga semuanya mengaku keberatan.

“Pihak keluarga sejak awaln bukan tidak mau membuatkan rumah yang layak bagi Ma Ijah ini, tapi yang bersangkutan memang tak mau, dengan alasan tak mau merepotkan orang lain”Ungkapnya.

Dudung menegaskan,  sebenarnya pihak keluargapun merasa tidak ikhlas dengan kondisi Ma Ijah seperti saat ini memilih tinggal digubugnya berukuran 2 x3 meter.

“Keluarga mana yang mau melihat orang tuanya seperti terlantar begitu, namun apa mau dikata, yang bersangkutan memang berkeras untuk tinggal di bangunan itu”,Paparnya.

Dudung menambahkan sangat tidak benar jika Ma Ijah tgal sendirian digubug tersebut, karena disekelilingnya adalah rumah-rumah sanak saudaranya semua.

“Jadi tidak benar jika yang bersangkutan hidup seorang diri. Saat sakitpun Ma Ijah selalu dibawa ke Poliklinik dan ditangani langsung oleh dokter dan jarang dibawa ke puskesmas”, Tandasnya seperti ingin meyakinkan.

Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, Dudung mengaku jika pihak keluarga memang secara bergiliran selalu mengantarkan makanan dan mengurusi segala keperluan Ma Ijah.

Seperti diberitakan sebelumnya, kondisi kehidupan Ma Ijah yang hidup seorang diri di gubuknya yang sempit setelah ditinggal mati oleh suaminya, menarik perhatian sejumlah wartawan untuk meliputnya.

Bantuan dari dermawanpun saat itu juga berdatangan ke gubuk sang nenek dan disambut sukacita oleh Ma Ijah beserta para tetangga yang hadir saat itu.

Namun setelah kisah kehidupan sang nenek mencuat di media massa, pihak desa dan kecamatan serta keluarga mengaku keberatan dengan pemberitaan tentang sang nenek. Meski secara kasat mata kehidupan mak ijah cukup memprihatinkan, baik camat maupun kepala Desa setempat menyatakan jika mak ijah adalah sosok warga yang mampu karena memiliki sejumlah harta benda.***Kus Kus Markuseu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *